Lahir dari Keluarga Miskin di Surabaya, Dato Sri Tahir Tukarkan Dolar ke Rupiah Senilai Rp 2 Triliun
Lahir dari Keluarga Miskin di Surabaya, Dato Sri Tahir Tukarkan Dolar ke Rupiah Senilai Rp 2 Triliun.
SURYA.CO.ID - Lahir dari orang tua memiliki usaha penyewaan becak di Surabaya, masa kecil konglomerat Dato Sri Tahir dilalui dengan penuh perjuangan.
Dalam satu kesempatan, ia mengaku menyaksikan sebuah tayangan televisi yang menggambarkan seorang anak busung lapar mengusik hatinya.
“Saya sudah memendam dendam di masa lalu, kalau saya mampu, akan saya perbaiki keadaan Indonesia,” ungkap pengusaha sekaligus miliarder Indonesia, Dato Sri Tahir dalam kuliah umum di Universitas Airlangga, Surabaya, Jawa Timur, Senin (14/3/2016).
Tekat itu pula yang ia buktikan ketika hari ini ia menukarkan uang pribadinya dalam dolar Amerika Serikat dan dolar Singapura ke Rupiah senilai Rp 2 triliun melalui Bank Indonesia (BI).
Hal itu, dilakukan Tahir untuk membantu memperkuat Rupiah yang sejak awal tahun ini sudah terdepresiasi 12,30 persen ke level Rp 15.230 per dolar AS.
“Pagi ini kami diterima oleh bapak gubernur BI, jadi kita bukti ke bapak gubernur dalam minggu lalu total kIta telah gantikan dolar 93 juta dolar AS plus 55 juta dolar Singapura ini pribadi tidak terkait dengan korporasi,” kata Dato Sri Tahir, kepada awak media di Kompeks Bank Indonesia, Jakarta, Senin (15/10/2018).
Dato mengatakan, motivasinya menukar dolar ke Rupiah adalah murni sebagai warga negara yang membantu pemerintah untuk membantu pemerintah memperkuat mata uang garuda.
Ia pun mendorong agar pengusaha-pengusaha di dalam negeri yang masih menyimpan uangnya dalam dolar di Singapura juga melakukan hal yang sama seperti dirinya.
“Sekarang kan kita tahu Rupiah dalam keadaan yang masih mencari posisi yang terbaik, sebagai seorang warga negara kebetulan kita sudah lakukan tax amnesty, jadi saya pikir daripada taruh di luar negeri kita kembalikan ke sini dulu aja,” ungkap pria kelahiran Surabaya 66 tahun silam ini.
Nantinya, dana yang ditukarkan ke Rupiah tersebut, lanjut Tahir, akan dipakai untuk disetorkan ke Bank Mayapada sebagai modal, tidak untuk diinvestasikan ke saham.
“Uangnya setorkan ke mayapada sebagai modal, untuk memperkuat permodalan perbankan, tidak masuk ke saham,” ujarnya.
Mengingatkan saja, Dato Sri Tahir adalah pengusaha yang masuk daftar orang terkaya di Indonesia versi majalah Forbes 2017.
Kekayaan bersih Dato Tahir saat ini mencapai 3,8 miliar dolar Amerika Serikat.
Selain menjadi pemilik Bank Mayapada, melalui Tahir Foundation, pria dari keluarga miskin itu juga dikenal dengan aksi filantropinya.
Deretan Pengusaha yang Tukar Dolar
Hari ini nilai tukar rupiah melalui kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate menyentuh level Rp 15.246 per dolar AS.
Angka ini melemah 52 basis poin ketimbang saat ditutup pada hari Jumat lalu, 12 Oktober 2018 di level Rp 15.194 per dolar AS.
Tercatat, sebelum Tahir ada sejumlah pengusaha yang melakukan aksi tukar dolar juga. Calon wakil presiden Sandiaga Uno misalnya.
Pada 6 September lalu, Sandiaga menukarkan US$ 1.000 di sebuah money changer di kawasan Senayan. Ia mengaku penukaran dolarnya itu sebagai bentuk gimmick.
"Jadi kemarin saya tanya ke rekan saya. Saya bilang sudah tukar, gimmicknya kan kami tukar di money changer.
Saya tanya, efektif enggak kemarin saya tukar di money changer? dia bilang, efektif mungkin satu dua hari pertama," ujar Sandiaga, 5 Oktober 2018 lalu.
Setelah itu, ada Forum Komunikasi Asosiasi Pengusaha atau Forkas Jawa Timur (Jatim) mengumpulkan US$ 50 juta dengan cara patungan untuk ditukarkan kurs rupiah. Dana US$ 50 juta atau setara dengan Rp 742 miliar (kurs Rp 14.840 per dolar AS) itu dikumpulkan dengan cara patungan untuk membantu pemerintah menguatkan nilai rupiah terhadap dolar.
“Kami (Forkas) berharap gerakan ini dapat memberikan pemahaman bahwa pengusaha juga tidak tinggal diam saat Rupiah terpuruk,” kata Ketua Forkas Jatim, Nur Cahyudi dalam rilis pada Kamis, 20 September 2018.
Nur mengatakan pengumpulan tersebut mulanya dilakukan secara spontan dengan kesadaran para pengusaha melihat kondisi rupiah yang kian terpuruk dan saat itu mencapai Rp 15 ribu per dolar AS.
“Dalam tiga hari ini telah terkumpul sebanyak 50 juta dolar," katanya.
Tak hanya itu, Presiden Direktur PT Adaro Energy Tbk Garibaldi Thohir bersama sejumlah pengusaha lainnya juga sepakat mengkonversi transaksi bisnis yang pada mulanya berdenominasi dolar AS ke rupiah.
Hal tersebut ditandai dengan deklarasi oleh Adaro bersama rekan bisnisnya, yakni PT Pertamina (Persero), PT Pamapersada Nusantara, PT Bumi Makmur Mandiri Utama, dan PT Sapta Indra Sejati di Kantor Kementerian Keuangan, Jakarta, awal Oktober lalu.
"Ini satu event yang mungkin kelihatan sederhana, namun mudah-mudahan impact-nya bisa memberikan sesuatu yang positif untuk negara kita," ujar Garibaldi, 3 Oktober 2018, seperti dilansir Tempo.co.
Selama ini transaksi yang dilakukan Adaro dengan mitra-mitranya, kata Boy, panggilan Garibaldi, memang masih berdenominasi dolar AS.
Sebelum deklarasi, transaksi berdenominasi rupiah baru dilakukan bersama Pertamina dan Bumi Makmur. Sementara Pama dan Sapta Indra belum.
"Sekarang kami sepakat bersama Pertamina dengan Pama, Buma, dan Sapta, pembayaran yang tadinya dalam dolar AS kami sekarang bayar dalam bentuk rupiah," ujar Boy.
Inisiatif Boy bermula dari pertemuan salah satu direksi perusahaannya bersama dengan Menteri Keuangan Sri Mulyani.
Kala itu mereka mendiskusikan bagaimana Adaro bisa berperan aktif bersama pemerintah.
"Saya langsung berinisiatif karena di Adaro Group pembayaran dolar kami kepada mitra cukup besar," kata dia.
"Kurang lebih dalam setahun pembayarannya mencapai US$ 1,7 miliar, kalau dikonversi ke rupiah bisa Rp 25 triliun."