Potret Yunus Prasetyo dan Puger Mulyono, Pendiri Yayasan Lentera Surakarta yang Hidup Pas-pasan

Yunus Prasetyo dan Puger Mulyono adalah pendiri sebuah panti asuhan bernama Yayasan Lentera Surakarta untuk anak-anak penyidap HIV/AIDS

Penulis: Arum Puspita M | Editor: Adrianus Adhi
KOLASE SURYA.co.id/Kompasiana/Intisari
Puger Mulyono dan penampakan Yayasan Lentera Surakarta 

SURYA.co.id - Yunus Prasetyo dan Puger Mulyono adalah pendiri sebuah panti asuhan bernama Yayasan Lentera Surakarta yang dikhususkan untuk anak-anak penyidap HIV/AIDS.

Sebelum mendirikan Yayasan Lentera Surakarta, Yunus Prasetyo dan Puger Mulyono melakukan sebuah survei mengenai respon masyarakat mengenai anak-anak yang menderita HIV/AIDS dan hasilnya hampir semua menolak kehadiran anak-anak tersebut.

Oleh sebab itu, Yunus Prasetyo dan Puger Mulyono tergerak untuk mendirikan panti asuhan tersebut.

Baca: Transformasi Wajah Iis Dahlia usai Dipermak - dari Botox hingga Tarik Benang, Lihat Before After!

Baca: Korea Open 2018 - Ini Calon Lawan-lawan Pelapis Anthony Ginting dan Jonatan Christie

Baca: Duka dan Tangis Anak Perempuan yang Ditemukan Tewas Tengkurap di Mojokerto : Itu Ibu . . .

Meski Yunus Prasetyo berprofesi sebagai staff di sebuah Lembaga Penyuluhan HIV/AIDS di Surakarta dan Puger Mulyono hanya menjadi juru parkir di sepanjang Slamet Riyadi tapi mereka merasa ada sebuah dorongan dalam hati untuk membantu penderita HIV/AIDS terutama usia anak-anak.

Yayasan Lentera Surakarta ini berada di komplek Taman Makam Pahlawan Kusuma Bhakti yang merupakan lahan milik Pemerintah Kota Surakarta.

Penampakan Yayasan Lentera Surakarta
Penampakan Yayasan Lentera Surakarta (Intisari)

Baca: Cara Mengolah Kentang Jadi Obat Diabetes & Hancurkan Sel Kanker, Tanpa Bahan Kimia

Baca: Ruben Onsu & Ivan Gunawan Ungkap Kondisi Terbaru Anak Denada, Shakira di Rumah Sakit, Sudah Membaik

Baca: Kisah Perajin Dupa Asal Tulungagung, Sempat Jadi Teknisi Taksi dan Banting Stir Meramu Lidi Bambu

Di Yayasan Lentera Surakarta ada 24 anak dengan rentan usia dari 3 bulan sampai 13 tahun.

Melansir dari Intisari artikel 'Meski Hidup Pas-pasan dengan Bekerja sebagai Tukang Parkir, Puger dan Yunus Rela Merawat Anak-anak dengan HIV/AIDS' pada Senin 24 September 2018, Yunus menceritakan awal mulanya merawat seorang anak penderita HIV/AIDS hingga akhirnya memutuskan untuk mendirikan sebuah panti asuhan.

"Saat itu akhir tahun 2012,"

"Saya mendapat laporan tentang seorang anak yang ibunya menderita HIV/AIDS dan meninggal, lalu anak ini dibiarkan terlantar oleh neneknya, oleh keluarga besarnya,"

"Mereka malu mungkin punya keluarga yang sakit HIV," terang Yunus Prasetyo.

"Saat saya ke sana, anak ini sudah mengalami gizi buruk,"

"Motoriknya sudah tidak berjalan, perutnya membesar tapi badannya kurus kering,"

Karena tak tega melihat kondisi anak tersebut, Yunus dan Puger berinisiatif untuk membawanya pulang.

"Lihat yang seperti itu, saya dan Puger langsung membawa dia,"

"Tidak tega lihatnya," tambah Yunus Prasetyo.

Baca: BREAKING NEWS - Sesosok Mayat Perempuan Ditemukan Tengkurap di Sawah di Mojokerto

Baca: Bukan Sule atau Lina, Putri Delina punya Figur Inspiratif yang Bisa Ajari Cara Hilangkan Rasa Malu

Baca: Inikah Kondisi Asli Sel Setya Novanto? Najwa Shihab: Bandingkan dengan yang Kami Datangi Dulu

Saat itu, Yunus mengaku ingin menitipkan anak tersebut ke panti asuhan tapi pihak panti asuhan menolak karena mengetahui anak itu menderita HIV/AIDS.

Yunus dan Puger akhirnya memutuskan untuk mempekerjakan seorang pengasuh.

Bahkan mereka juga menyewa sebuah kamar kos sebagai tempat tinggal sementara untuk anak dan pengasuhnya.

Meski saat itu Yunus mengaku tidak memiliki dana yang cukup tapi ia tetap memberikan pengobatan terbaik.

"Saya beri dia terapi, minum obat-obatan sampai berangsur sembuh," lanjutnya.

Kemudian, ada seorang anak yang ditelantarkan oleh keluarganya lantaran mengalami HIV/AIDS.

Tepat di tahun 2013, Yunus dan Puger memutuskan untuk mendirikan panti asuhan dengan modal yang pas-pasan.

"Modal nekat,"

"Wong saya dan Puger itu sama-sama bukan orang kaya, pekerjaan kami ya hanya cukup untuk kami saja,"

Meski hanya bermodalkan uang seadanya, Yunus Priyanto dan Puger Mulyono tetap bertekad mendirikan panti asuhan tersebut karena ingin melihat anak-anak penderita HIV/AIDS dapat hidup bahagia.

"Tapi kami ingin agar anak-anak ini bisa hidup normal, dapat hak mereka sebagai anak-anak,"

"Bukannya dapat hak hidup saja harus dirampas lantaran keluarga tidak mau menerima mereka," ucap Yunus.

Awal mulanya, Yayasan Lentera hanya berada di sebuah rumah kontrakan di kawasan Bumi, Laweyan.

Namun keberadaan yayasan tersebut mendapat penolakan dari warga sekitar yang takut penyakit HIV/AIDS itu menular.

Bahkan warga sempat melakukan demonstransi dan mengeluarkan barang-barang milik Yayasan Lentera secara paksa.

Yunus Prasetyo dan Puger Mulyono memutuskan pindah ke rumah Puger yang ada di daerah Kedunglumbu.

Sama seperti di tempat sebelumnya, warga juga menolak kehadiran mereka.

Sampai akhirnya Yunus Prasetyo dan Puger Mulyono mengontrak sebuah rumah di daerah Purwosari.

Di lokasi ini pun mereka masih mendapat perlakuan tidak enak dari warga sekitar karena stigma negatif mengenai penderita HIV/AIDS.

"Stigma yang melekat di masyarakat sangat kuat,"

"Bahwa anak dengan HIV/AIDS itu menular, bisa menyebarkan virus,"

"Padahal dengan tinggal di lingkungan yang sama atau berinteraksi normal saja tidak akan tertular,"

"Itu yang bikin saya sedih, kasihan anak-anak ini," tutur Yunus.

Setelah berpindah ke beberapa tempat, akhirnya Dinas Sosial Surakarta memberikan pinjaman berupa lahan kosong di TMP Kusuma Bhakti.

Tak hanya itu, Lotte Mart melalui program CSR juga membantu Yayasan Lentera Surakarta untuk membangun rumah di lokasi tersebut.

Kini Yunus merasa senang karena anak-anak asuhnya sudah mendapat tempat tinggal yang layak.

Kondisi kamar
Kondisi kamar (Intisari)

Baca: Liverpool vs Chelsea - Laga Pembuktian Kualitas Sesungguhnya Chelsea

Baca: Cara Warga Lumajang Sambut Bupati dan Wakil Bupati Baru, Ada yang Istimewa

Yunus juga merasa senang karena warga sekitar tidak pernah menolak kehadiran mereka.

"Sekarang sudah lumayan nyaman,"

"Banyak orang yang bilang kalau kami di sini ini dibuang oleh pemerintah Solo,"

"Padahal menurut saya tidak,"

"Saya yakin anak-anak nyaman di sini,"

"Banyak pepohonan, mereka bisa main-main karena halamannya luas,"

"Kami juga bertetangga dengan orang-orang hebat, para pahlawan,"

"Terus tetangga kami yang sekarang kan juga tidak protes berada dekat dengan ADHA," tutur Yunus sembari tertawa.

Karena kedekatan Yunus dan Puger terhadap anak-anak asuhnya, mereka mendapat panggilan 'ayah' dan 'bapak'.

"Di sini anak-anak memanggil saya 'ayah', Puger dipanggil 'Pak e',"

"Setiap saya datang, mereka heboh cerita, laporan ini itu,"

"Ya nggak apa-apa, saya senang,"

"Mereka punya bapak dua, punya ibu, punya kakak adik juga," kata Yunus.

Untuk diketahui, karena insiatifnya untuk mendirikan sebuah panti asuhan untuk penderita HIV/AIDS, Puger Mulyono pernah mendapat penghargaan dari SCTV Awards tahun 2016 kategori Kemanusiaan.

Penghargaan Puger Mulyono dari SCTV Award 2016
Penghargaan Puger Mulyono dari SCTV Award 2016 (Intisari)
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved