Kilas Balik
Benny Moerdani Pimpin Operasi Naga di Irian Barat, Pakai Strategi 'Kucing-kucingan' Hadapi Belanda
Benny Moerdani berani memimpin Operasi Naga di Irian Barat. Namun, penerjunan pasukannya justru kacau balau, simak kisahnya!
Penulis: Putra Dewangga Candra Seta | Editor: Adrianus Adhi
Dengan kata lain, operasi rahasia Pasukan Naga ini telah bocor.
Beberapa hari kemudian, pasukan Benny Moerdani diserang marinir Belanda yang menaiki dua perahu motor.
Benny Moerdani dan pasukan Operasi Naga berpindah-pindah serta bersembunyi di dalam hutan.
Ben Mboi menyebut bahwa Benny Moerdani tak berpikir secara sistematis.
"Di medan tempur tidak ada aturan yang tepat atau pasti. Semuanya adalah masalah eksekusi," ujarnya.
Menurut Ben Mboi, Benny Moerdani memakai strategi kucing-kucingan kala itu.
"Kalau bertemu, ya bertempur. Kalau tidak, ya kucing-kucingan," kata ben Mboi.
Namun strategi ini terbukti berhasil.
Menurut Ben Mboi, Pasukan Operasi Naga diterjunkan bukan untuk perang melainkan sebagai umpan.
Tujuannya agar konsentrasi pasukan Belanda yang ada di Biak terpecah.
Serangan dua kapal motor ternyata hanya awal untuk Benny Moerdani. Seminggu kemudian, saat ia dan pasukan Operasi Naga sedang istirahat di Sungai Kumbai, Marinir Belanda kembali menyerbu.
Benny Moerdani tak pernah menduga bakal terjadi pertempuran jarak dekat saat itu. Benny Moerdani pun hampir tewas saat rompi rimbanya tertembak.
Operasi Naga berakhir pada 15 Agustus 1962 setelah adanya New York Agreement.
Saat itu Amerika Serikat memaksa Belanda menyerahkan Irian barat ke Indonesia. Belanda menyerah karena merasa tidak akan menang bila bertempur melawan Indonesia di Papua.
Adapun korban gugur Operasi Naga adalah sebanyak 36 orang dan 20 lainnya hilang. Jumlah itu kurang dari perkiraan awal.