Kilas Balik
Benny Moerdani Pimpin Operasi Naga di Irian Barat, Pakai Strategi 'Kucing-kucingan' Hadapi Belanda
Benny Moerdani berani memimpin Operasi Naga di Irian Barat. Namun, penerjunan pasukannya justru kacau balau, simak kisahnya!
Penulis: Putra Dewangga Candra Seta | Editor: Adrianus Adhi
Ben Mboi adalah salah satu anggota pasukan yang selamat, banyak dari temannya justru tewas tergantung atau terjebak di rawa.
Sementara itu, Benny Moerdani masih tersangkut di pohon kemiri namun berhasil turun
Dan akhirnya diketahui, tiga pesawat Hercules yang membawa mereka salah memilih tempat penerjunan. Pasukan Operasi Naga justru terjun 30 kilometer di utara titik target.
Ada sebuah sungai yang disangka Merauke ternyata itu adalah Sungai Kumbai.
"Petanya masih peta lama, buatan 1937," kata Ben Mboi dalam buku 'Benny Moredani Yang Belum Terungkap'.
Ben Mboi akhirnya bisa berkumpul dengan sembilan temannya satu hari kemudian. Mereka terpisah dengan Benny Moerdani.
Baca: Soeharto Alami 3 Kejadian Tak Biasa Menjelang Bu Tien Wafat, Muncul Hujan Disertai Angin Kencang
Baca: 5 Aplikasi File Recovery untuk Android, Bisa Mengembalikan Data yang Terhapus di Ponsel
Baca: Kisah Mbak Tutut Tanyakan Asal Usul Nama Panggilannya pada Bu Tien, Endingnya Bikin Tertawa Geli
Di sisi lain, Benny Moerdani sudah mengumpulkan pasukannya sebanyak 60 orang dengan peralatan komunikasi dan cadangan mesiu yang cukup.
Benny Moerdani memimpin pasukan baret merah Kopassus yang dulu masih bernama Resimen Para Komando Angkatan Darat (RPKAD). Sedangkan Kapten Bambang Soepeno memimpin pasukan baret hijau alias Raiders 530.
Benny Moerdani dikenal punya kelebihan dalam merencanakan komunikasi yang solid antarpasukan.
Kapten Abdul Rachman Ramly yang ditugaskan Benny Moerdani sebagai operator di Pos Komando Laha di Luar Ambon, selalu menerima setiap berita yang dikirim dari Merauke.
Komunikasi tersebut berjalan baik. Setiap saat pasukan Operasi Naga bisa berhubungan untuk menyampaikan laporan atau minta bantuan tambahan, mesiu, dan logistik.
Selain dengan Abdul Rachman, Benny Moerdani juga berkomunikasi dengan milisi pro-Indonesia di Papua, Labula.
Tugasnya yaitu untuk menghapus jejak atau menyediakan makanan secara sembunyi-sembunyi di hutan.
Pada hari kedua setelah penerjunan, Benny Moerdani dibuat kaget setelah radio Australia menyiarkan soal adanya tiga pesawat Hercules yang menerjunkan pasukan di Merauke.
Bahkan, jumlah pasukan dan nama-nama pemimpinnya ikut disebut, termasuk Benny Moerdani.