Kisah Hatf Saiful, Bocah 13 Tahun yang Bergabung Dengan ISIS dan Akhirnya Tewas Dalam Pertempuran
Hatf mengatakan kepada ayahnya bahwa dia ingin meninggalkan sekolah dan pergi ke Suriah untuk bergabung dengan ISIS
Penulis: Putra Dewangga Candra Seta | Editor: Putra Dewangga Candra Seta
SURYA.co.id - Kisah seorang bocah bernama Hatf Saiful Rasul yang bergabung ke ISIS dan tewas dalam pertempuran, diungkapkan dalam esai yang ditulis oleh ayahnya, Syaiful Anam dan sudah dipubilkasikan secara online.
Saat itu, usia Hatf masih 11 tahun.
Ayahnya merupakan seorang militan islam yang sudah dijatuhi pidana.
Hatf mengatakan kepada ayahnya bahwa dia ingin meninggalkan sekolah dan pergi ke Suriah untuk bergabung dengan ISIS.
Baca: Kisah Mantan Murid Aman Abdurrahman yang Butuh Lima Tahun Melepas Ideologi Menghalalkan Darah Aparat
Baca: Salut! Beginilah Ketabahan Adara Taista Hadapi Penyakit Ganas, Curhat Sang Suami Memilukan
Baca: Sniper Cantik Ini Pernah Habisi 100 Pejuang ISIS & Jadi Buronan Seharga Rp 13 Miliar, Siapa Dia?
Bocah tersebut pergi mengunjungi ayahnya di sebuah penjara berkeamanan maksimum.
Mendengar perkataan anaknya, Anam tidak merespon.
"Awalnya saya tidak merepon dan mengganggapnya hanya lelucon seorang anak," tulisnya.
Tapi, Hatf menyatakan niatnya itu berulang kali.
Anam pun setuju untuk membiarkan anaknya pergi.
Hatf berangkat ke Suriah bersama dengan sekelompok kerabatnya pada tahun 2015.
Hatf adalah satu di antara 12 orang dari pesantren Ibnu Mas'ud yang pergi ke Timur Tengah dengan niat untuk memperjuangkan berdirinya negara Islam.

Anam, mengatakan kepada Reuters (Kantor berita di London) dalam tulisan tangannyabahwa dia sangat bangga dengan anaknya.
Reuters menunjukkan sebuah foto, dan menurut Anam itu adalah foto yang diunggah oleh Hatf di media sosial.
Foto tersebut menunjukkan bocah laki-laki itu sedang makan dengan pria yang lebih tua dengan memegang senapan AK-47.
Dalam tulisan Anam, dia menuliskan bahwa hatf bisa membongkar senapan dalam 32 detik.
Dia juga mengeluarkan pistol 9 mm, 2 granat tangan, pisau komando dan kompas.
Hatf pernah memberi kabar pada Anama, bahwa dia selamat dari sebuah serangan udara.
Saat serangan itu Hatf mengalami pendarahan di telinga dan gangguan pendengaran.
Pada 1 September 2016, dua bulan setelah ulang tahunnya yang ke-13, Hatf terkena seranga udara lagi.
Tak lama kemudian, ISIS mengumumkan kematian tiga orang Indonesia di dekat kota Jarabulus di Suriah.
"Mujahid kecil yang bahagia sudah meninggal," tulis Anam dalam esainya.
"Tubuh kecilnya yang compang-camping hancur oleh bom".
"Saya tidak merasa sedih atau kehilangan, kecuali kesedihan sebatas ayah yang ditinggalkan oleh anak tercintanya," kata Anam kepada Reuters dalam catatan yang dia berikan di persidangan.
Bahkan, Anam merasa bahagia dan bangga dengan anaknya.
Baca: Innalillahi! Zahra Bocah 6 Tahun Korban Ledakan di Kota Batu Meninggal Dunia
Baca: Penjelasan Gojek dan Polri Usai Isu Go-Food Disusupi ISIS, Guru & Perawat Bernasib Tragis