Hari Kartini 2018 - Kontroversi Kematian Mendadak RA Kartini, Benarkah Dibunuh? Ini Kata Dokter

Sejarah mencatat kematian RA Kartini yang mendadak menimbulkan spekulasi negatif. Ada yang menduga Kartini sengaja dilenyapkan.

Editor: Tri Mulyono
TRIBUNNEWS/HERUDIN
Aktivis peduli perempuan yang tergabung dalam Komite Aksi Perempuan memperingati hari Kartini di sekitar Bundaran HI Jakarta Pusat, Minggu (21/4/2013). Dalam peringatannya, aktivis mengangkat tema "Ekpresikan Marahmu Terhadap Pelaku Kejahatan Seksual". 

SURYA.CO.ID -   Sejarah mencatat kematian Raden Ajeng (RA) Kartini yang mendadak menimbulkan spekulasi negatif bagi sebagian kalangan.

Anak pertama RA Kartini dan satu-satunya, Soesalit Djojoadhiningrat, lahir pada tanggal 13 September 1904.

Beberapa hari kemudian, 17 September 1904, Kartini meninggal pada usia 25 tahun.

Kartini dimakamkan di Desa Bulu, Kecamatan Bulu, Rembang.

Seperti diketahui dalam sejarah, seperti dilansir Wikipedia, Kartini meninggal pascamelahirkan, tepatnya 4 hari setelah melahirkan.

Ketika Kartini, mengandung bahkan sampai melahirkan, dia tampak sehat walafiat.

Hal inilah yang mengandung kecurigaan. Efatino Febriana, dalam bukunya “Kartini Mati Dibunuh”, mencoba menggali fakta-fakta yang ada sekitar kematian Kartini.

Baca: Selamat Hari Kartini 2018 - Ini Kumpulan Ucapan Hari Kartini untuk Ibu dan Orang Tercinta

Baca: Hari Kartini 2018 - Penderitaan Hidup Putra Satu-satunya RA Kartini, Soesalit Djojoadhiningrat

Baca: Hari Kartini 21 April 2018 - Kisah Pilu yang Jarang Diketahui Saat RA Kartini Perjuangkan Hak Wanita

RA Kartini dan sang putra, Soesalit Djojoadhiningrat.
RA Kartini dan sang putra, Soesalit Djojoadhiningrat. (Kolase Tribun Jabar)

Bahkan, dalam akhir bukunya, Efatino Febriana berkesimpulan, kalau kartini mamang mati karena sudah direncanakan.

Demikian pula Sitisoemandari dalam buku "Kartini, Sebuah Biografi", menduga bahwa Kartini meninggal akibat permainan jahat dari Belanda.

Permainan jahat dari Belanda ingin agar Kartini bungkam dari pemikiran-pemikiran majunya yang ternyata berwawasan kebangsaan.

Ketika Kartini melahirkan, dokter yang menolongnya adalah Dr van Ravesten, dan berhasil dengan selamat.

Selama 4 hari pascamelahirkan, kesehatan Kartini baik-baik saja. Empat hari kemudian, dr van Ravesten menengok keadaan Kartini, dan ia tidak khawatir akan kesehatan Kartini.

Ketika Ravesten akan pulang, Kartini dan Ravesten menyempatkan minum anggur sebagai tanda perpisahan.

Setelah minum anggur itulah, Kartini langsung sakit dan hilang kesadaran, hingga akhirnya meninggal dunia.

Sayang, saat itu tak ada autopsi. Meski demikian, pihak keluarga tidak mempedulikan desas-desus yang muncul terkait kematian Kartini, melainkan menerima peristiwa itu sebagai takdir Yang Mahakuasa.

Sementara pendapat yang berbeda yang dinyatakan oleh para dokter modern di era sekarang.

Para dokter berpendapat Kartini meninggal karena mengalami preeklampsia atau tekanan darah tinggi pada ibu hamil.

Namun hal ini juga tidak bisa dibuktikan karena dokumen dan catatan tentang kematian Kartini tidak ditemukan. 

Kartini adalah anak ke-5 dari 11 bersaudara kandung dan tiri. Dari kesemua saudara sekandung, Kartini adalah anak perempuan tertua.

Kakeknya, Pangeran Ario Tjondronegoro IV, diangkat bupati dalam usia 25 tahun dan dikenal pada pertengahan abad ke-19 sebagai salah satu bupati pertama yang memberi pendidikan Barat kepada anak-anaknya.

Kakak Kartini, Sosrokartono, adalah seorang yang pintar dalam bidang bahasa.

Sampai usia 12 tahun, Kartini diperbolehkan bersekolah di ELS (Europese Lagere School). Di sini antara lain Kartini belajar bahasa Belanda.

Tetapi setelah usia 12 tahun, ia harus tinggal di rumah karena sudah bisa dipingit.

 Karena Kartini bisa berbahasa Belanda, maka di rumah ia mulai belajar sendiri dan menulis surat kepada teman-teman korespondensi yang berasal dari Belanda.

Salah satunya adalah Rosa Abendanon yang banyak mendukungnya.

Dari buku-buku, koran, dan majalah Eropa, Kartini tertarik pada kemajuan berpikir perempuan Eropa.

Timbul keinginannya untuk memajukan perempuan pribumi, karena ia melihat bahwa perempuan pribumi berada pada status sosial yang rendah. (Surya.co.id/Berbagai Sumber)

 

Baca: Daus Mini Syok Tahu Istrinya Hamil saat Ajukan Cerai, Sebut Ada yang Ngompori

Baca: Disebut Pemilik Perusahaan Taksi Online, Gibran Rakabuming Raka : Memang Punya Saya Kok

Baca: Masih Ingat Ucok Baba? Tak Lagi Melawak, Kondisinya Kini Bikin Kaget Banyak Orang

Baca: Di Atas Kereta Mahasiswi Cantik Ini Mau Menangis Saat Ditawar Rp 7 Juta Asal Masih Perawan

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved