Profil Kiai Lilur Cucu Mbah Cholil Bangkalan yang Dijuluki Waliyullah Jadab, Nyentrik dan 'Sakti'
Kiai yang akrab disapa Ra Lilur ini dikenal sebagai seorang waliyullah jadab yang nyentrik alias gokil.
Penulis: Ahmad Faisol | Editor: Tri Mulyono
Banyak orang yang antri untuk menemuinya untuk mendapatkan karomahnya mulai dari petinggi negeri ini, pejabat, ulama hingga rakyat biasa namun semuanya tidak serta merta ditemuinya karena sifatnya yang ‘aneh’ tersebut.
“Tamunya beragam, tapi jangan kaget kalau tak kesokan (tidak mau,red), beliau tak mau menemuinya,” tegas KH Badrus Sholeh, salah seorang ulama Bangkalan bercerita soal kenyelenehan cicit ulama Bangkalan, KH Syaikhona Mohammad Kholil bin Abdul Latif ini.
Beragam sikap nyleneh diantaranya adalah membakar pondok pesantren, naik mobil tanpa bensin, menyiapkan hidangan makan secepat kilat, berendam di laut serta memberi pil mencret untuk orang yang kehilangan sapi serta beragam lelaku lain yang kadang tidak masuk akal namun akhirnya terbukti dikemudian hari.
Sedikit kisah karomah Ra Lilur
Ra Lilur, Ulama Jadab Mirip Nabi Khidlir (21)
Naik Kendaraan Keliling Surabaya Tanpa Bensin
Keanehan yang ditunjukkan oleh Ra Lilur memang seolah tak pernah habis. Orang-orang yang pernah menyaksikan langsung perilaku Ra Lilur selalu dibuat geleng-geleng kepala. Maklum, banyak peristiwa tak masuk akal, namun terjadi secara nyata.
Suatu ketika, Ra Lilur memanggil ajudan kepercayaannya, H. Husni Madani. Saat cicit Syaikhona Kholil Bangkalan itu minta agar Husni menemaninya jalan-jalan di Surabaya. Permintaan itu langsung diiyakan.
Berikutnya, Ra Lilur minta agar ajudannya menyewa sebuah mobil berikut sopirnya. Setelah rampung, keduanya berangkat ke Surabaya. Anehnya, ketika sang sopir hendak mengisi bensin, Ra Lilur melarang.
“Sudah tak usah isi bensin,” kata Ra Lilur. Karena tahu siapa Ra Lilur sebenarnya, sang sopir langsung tancap gas menyeberangi Selat Madura. Ia melesat ke Surabaya. Di kota pahlawan ini sehari penuh kendaraan yang ditumpangi Ra Lilur melaju. Tapi uniknya, tak sedikitpun jarum spido penunjuk bensin turun.
“Sepanjang jalan saya terus mengawasi jarum penunjuk bensin. Tapi bensinnya tetap penuh. Saya jadi heran, lha wong bensin tidak diisi sama sekali, tapi tidak habis,” tutur Husni heran.
Uniknya lagi, ketika kembali ke Desa Banjar Galis, Bangkalan Madura, tangki bensin tetap tidak berubah alias full tang. “Kalau dipikir, bahan bakar kendaraan itu siapa yang ngisi ya,” kata ajudan kepercayaan kiai jadab ini.
Kejadian seperti itu sering disaksikan Husni. Pernah suatu ketika Ra Lilur mengajak Husni keliling Kabupaten Bangkalan. Saat itu, Ra Lilur menyewa sebuah mobil pick up.
Sang sopir diminta untuk menuruti permintaannya. Seperti halnya kejadian yang lalu, ketika sang sopir hendak mengisi bahan bakar, Ra Lilur melarang.
Lagi-lagi orang yang mengikuti perjalanan kiai kasaf ini terheran-heran. Karena sejak berangkat hingga pulang bensinnya tetap pada posisi awal.