Berita Sampang
Ketabahan Istri Guru Budi yang Meninggal Dianiaya Siswanya, Sianit Sambut Pelayat dengan Senyum
Sianit Sinta (23), istri almarhum Budi terlihat tenang, duduk di atas kursi kayu.
Penulis: Khairul Amin | Editor: Parmin
SURYA.co.id | SAMPANG – Sianit Sinta (23), istri almarhum Budi terlihat tenang, duduk di atas kursi kayu yang tempat duduknya terbuat dari sofa warna abu-abu.
Di belakang punggung Sianit terdapat bantal kecil warna pink yang menjaga posisi punggung Sianit agar tetap tegak.
Sianit, duduk di kursi dengan tinggi sekitar 60 sentimter di antara para pelayat yang datang silih berganti.
Siang itu, Rabu (7/2/2018) sekitar pukul 14.30 WIB, para pelayat terus berdatangan.
Di hari keenam meninggalnya almarhum Budi, pelayat terus bertambah.
Siang itu, tampak sekumpulan pelayat terdiri dari laki-laki dan perempuan memasuki halaman rumah almarhum Budi, Kleyang, Kabupaten Sampang.
Setelah diterima ayahanda almarhum Budi di halaman rumah, para pelayat bergegas masuk menuju Sianit yang sudah sejak lama duduk di atas kursi.
Sianit menyambut jabat tangan setiap tamu dengan senyum, namun tetap dalam kondisi duduk.
Tidak ada raut kesedihan dari paras wajah Sianit, perempuan dengan kerudung warna pink tersebut.
Setelah para pelayat duduk melingkar di antara sianit untuk melafalkan doa bagi almarhum Budi, Sianit tampak menyapukan pandangan pada seluruh pelayat satu persatu dengan senyum.
Setelah melafalkan doa, salah satu perwakilan pelayat menyampaikan ucapan bela sungkawa.
“Kami atas nama keluarga besar SMA-SMK Negeri se-Surabaya, mengucapkan berbela sungkawa sedalam-dalamnya, semoga Mbak Sianit dan keluarga diberikan kesabaran,” suara laki-laki paruh baya yang terdengar dari pengeras suara.
Sianit tersenyum sembari sedikit menundukkan kepala, kemudian dengan lirih mengucapkan “terimakasih”.
Beberapa saat kemudian, sekumpulan pelayat tersebut terlihat pamitan dengan cara bersalaman terhadap Sianit.
Tetap dalam posisi duduk, Sianit tidak henti melempar senyum pada setiap pelayat yang bergantian menyalaminya.
Setelah bersalaman secara bergantian, salah satu pelayat kemudian menyerahkan selembar amplop berwarna putih pada Sianit.
“Mbak Sianit yang sabar, ini cobaan dari Allah,” terang laki-laki pemberi amplop paruh baya tersebut.
Sianit sekali lagi sedikit menundukkan kepala sembari lirih sambil mengucap, “terima kasih banyak”.
Tak lama setelah serombongan pelayat tersebut pulang, rombongan pelayat lain terlihat masuk ke halaman rumah alamarhun untuk menyalami Sianit.
Senyum sembari mengucapkan “terimakasih” secara pelan menjadi rutinitas Sianit siang itu.
Sikap yang sama ditunjukkan Sianit sejak kepergian suaminya, Budi, Guru seni rupa SMAN 1 Torjun (SMATor) pada Kamis (1/2/2018) malam.
Rutinitas tersebut Sianit jalani tanpa merasa lelah di tengah lima bulan kehamilannya.