Berita Pasuruan
Kisah Misbahul Munir, Pengusaha Pasuruan yang Reklamasi Galian Tambang untuk Kegiatan Positif
Masyarakat harus merasakan dampak dari reklamasi yang sudah dilakukannya. Makanya, ia membuat agrowisata.
Penulis: Galih Lintartika | Editor: Titis Jati Permata
SURYA.co.id | PASURUAN - Misbahul Munir terlihat sedang menyirami kebunnya, Rabu (31/1/2018) siang.
Kebun seluas 40 hektar sedang disiapkan Munir, sapaan akrab pria asal Desa Coban Joyo, Kecamatan Kejayan, Kabupaten Pasuruan ini menjadi wisata agrowisata ke depannya.
Perkiraan, dua tahun yang akan datang, wisata agrowisata ini sudah bisa menjadi lokasi jujukan wisata di Kabupaten Pasuruan.
Munir, merupakan salah satu pengusaha tambang sirtu besar di Kabupaten Pasuruan.
Lokasi tambang miliknya ini tersebar di beberapa titik di Kabupaten Pasuruan, termasuk di Coban Joyo.
Nah, secara pribadi, Munir ini memiliki moral untuk melakukan reklamasi tambang.
Sekadar diketahui, ada sekitar 200 hektar tanah milik Munir, dan sebagian dijadikan tempat penambangan pasir.
Dari jumlah itu, semua tanah yang digali akan direklamasi.
"Prinsip saya, saya bisa makan dan bisa seperti ini berasal dari tanah. Maka, saya memiliki kewajiban untuk memperbaiki tanah itu, atau melakukan perawatan tanah itu agar tetap baik. Jadi, tidak ada istilah habis manis sepah dibuang. Saya lakukan reklamasi," kata Munir, kepada SURYA.co.id.
Munir mengatakan, dibutuhkan kemauan dan niat besar untuk melakukan reklamasi.
Sebab, tidak semua orang mau mereklamasi. Alasannya sederhana, karena biaya.
Ia menyadari bahwa untuk reklamasi memang dibutuhkan biaya yang besar.
Ia menjelaskan, reklamasi yang dilakukannya ini berbeda.
Ia ingin mereklamasi yang bisa memberikan dampak bagi masyarakat.
Kata dia, masyarakat harus merasakan dampak dari reklamasi yang sudah dilakukannya. Makanya, ia membuat agrowisata.
"Ada sekitar 16 varian atau jenis tanaman yang kami kembangkan. Ada kelengkeng, mangga, kelapa jeruk, srikaya, blimbing, rambutan, jambu, sirsak, anggur, markisa, pepaya, pisang, dan masih banyak lagi," kata Munir.
Ia menjelaskan, selain mengembangkan agrowisata, ia juga membangun lapangan pacuan kuda.
Jadi, bekas galian tambang miliknya ini dibangun sebagai lintasan pacuan kuda.
Bahkan, dari data yang ada, lintasa pacuan kuda di tanah miliknya ini terbaik se-Pulau Jawa.
Klasifikasi lintasan pacuan kuda milknya ini sudah berstandar nasional.
"Saya bangun lintasan ini kurang lebih habis Rp 3 miliar. Tidak ada yang membantu, tapi saya suka dan senang bisa memberikan manfaat bagi orang banyak," papar dia.
Targetnya, kata dia, pacuan kuda ini bisa mensejahterahkan masyarakat.
Bisa mengangkat ekonomi kerakyatan dan memberikan lapangan pekerjaan.
Semenjak ada pacuan kuda ini, sering ada acara lomba berkuda dengan tingkatakan Kerjukab, Kejurda dan Kejurnas.
"Nah dari situlah, masyarakat mendapatkan efek dominonya. Mereka bisa berjualan di area ini setiap ada kegiatan. Mereka bisa meraup untung banyak di setiap kegiatan. Ada yang jualan nasi, ada yang jualan es , dan makanan lainnya," kata Munir.
Pria berusia setengah abad ini juga mengaku memiliki 13 kuda di kandang miliknya.
Tapi jumlah total, ada sekitar 40 kuda yang ada di kandangnya.
Sisanya itu titipan kuda - kuda dari para penghobi olahraga berkuda.
"Saya sangat ingin memajukan Pasuruan dari segi olahraga berkuda. Saya sangat ingin melihat potensi anak Pasuruan yang menjadi atlet berkuda nasional. Sayang jika sudah ada pacuannya tidak dimanfaatkan secara maksimal," kata Munir.

Dikatakan Munir, selain ada lapangan kuda dan agrowisata, ia juga mereklamasi tambang miliknya ini untuk lapangan sepak bola.
Munir memiliki impian, ke depannya, bekas tambang miliknya ini bisa menjadi tempat wisata dan sport center di Kejayan.
Secara perlahan, ia sudah mulai membangun beberapa rumah singgah, lapangan futsal dan masih banyak lagi.
Berawal 200 Meter
Misbahul Munir, Owner CV Pasir Mas mengaku tidak pernah memikirkan sebelumnya akan menjadi pengusaha tambang sukses seperti ini.
Tahun 1987 , ia masih menjadi kuli tani. 1993, ia mulai menjadi kuli pasir.
Ia tekuni kegiatannya itu. Setiap kali ada rejeki sisa, ia selalu menyisihkan uangnya.
"Dari sisa - sisa itu, saya kumpulkan jadi satu. Saya belikan tanah. Awal itu, saya beli tanah 200 meter. Harganya berapa ya. Lupa saya, gak mahal kok," kata dia Kepada Surya.
Munir, sapaan akrabnya, dari tanah itu, ia mulai berinisiatif untuk menggali tanah itu dan dijualnya.
Dari situlah ia menemukan jalan. Ia berubah menjadi penambang sukses.
Tanahnya yang awal hanya 200 meter, kini, ia memiliki tanah 200 hektar.
Bukan perjalanan mudah. Banyak lika-liku kehidupan yang sudah dialami dan dilewatinya.
Bahkan, ia pun sudah merasakan banyak kejadian selama ini. Ia sempat nyaris bangkrut. Namun, ia tetap bertahan.
"Saya belajarnya otodidak. Tidak ada yang mengajari. Saya dulu tidak sekolah, baru saja mengejar paket," tandas dia.
Apa rahasianya ? Munir mengaku kunci kesuksesan itu ada pada ketekunan dan keuletan.
Ia meyakini siapapun yang tekun dan ulet akan menemukan jalannya.
"Saya tidak pernah membayangkan bisa seperti ini. Saya dulu siapa. Saya sekarang siapa. Saya menyadari bahwa saya ulet dan tekun. Saya jalani semuanya dengan ikhlas dan ibadah," pungkas dia.
Beri Fasilitas Pengajian
Misbahul Munir juga dikenal sebagai sosok yang ringan tangan.
Dia tidak sombong dan baik dengan sesama.
Ia memiliki agenda keagamaan rutin di lokasi tambang pasir miliknya di Desa Coban Joyo, Kecamatan Kejayan, Kabupaten Pasuruan. Uniknya, kegiatan keagamaan ini dilakukan hampir setiap hari.
Informasinya, hampir setiap hari, ada kegiatan keagaman yang dilakukan Misbahul Munir, sebagai Owner CV Pasir Mas tersebut.
Setiap hari rabu ada acara khataman. Malam kamis, ada pembinaan al banjari yang diikuti ratusan santri.
Malam jumat, ada istighosah yang diikuti oleh ratusan masyarakat sekitar rumahnya.
Malam minggu ada istighosah khusus untuk banser Korwil Kejayan.
"Itu dilakukan dan diadakan di masjid yang ada di kawasan tambang yang direklamasi ini," papar dia.
Ia mengaku bukan alumni pondok pesantren. Namun, ia peduli dengan ajaran agama.
Maka dari itu, sebenarnya acara ini bukan hanya sekadar pengajian biasa.
"Saya juga ikut di dalamnya. Saya juga belajar dari sana. Saya menyadari bahwa saya bukan manusia yang sempurna. Apalagi belajar untuk bekal dunia akhirat. Saya sangat senang melakukannya," terangnya.