Berita Nganjuk

Derita Pedagang Eks Pasar Kertosono, Tunggu Relokasi dan Dana Bantuan yang Tak Kunjung Cair

Kebakaran yang menghanguskan kios dan barang dagangan milik pedagang juga berbuntut melumpuhkan roda perekonomian.

surya/mohammad romadoni
Pasar Kertosono di Desa Banaran, Kabupaten Nganjuk yang terbakar beberapa waktu lalu. 

SURYA.co.id | NGANJUK - Deretan lapak tak bertuan tampak terbengkalai ditinggal pemiliknya pasca kebakaran dahsyat yang meluluhlantakan ratusan kios di pasar Kertosono, Desa Banaran, Kabupaten Nganjuk, Minggu (1/10/2017) silam.

Garis police line masih terlihat menempel di dinding stan yang hangus terbakar itu.

Dampak pasca kebakaran sungguh luar biasa dirasakan ratusan pedagang.

Mereka harus kehilangan sumber penghasilannya.

Kebakaran yang menghanguskan kios dan barang dagangan milik pedagang juga berbuntut melumpuhkan roda perekonomian.

Sebanyak 980 pedagang terkena imbas yang membuat perekonomian di Kertosono seakan mengalami mati suri.

Meski kondisi ditengah perekonomian yang labil serba keterbatasan himpitan ekonomi memaksa para pedagang untuk terus berdagang demi memenuhi biaya kebutuhan hidup.

Hujan deras yang mengguyur sore itu, Senin (20/11/2017) tak menyurutkan niat seorang pedagang sepatu bernama Susanto untuk menjajahkan barang dagangannya.

Masih ada secercah harapan bagi Susanto bersama rekan seperjuangannya dari paguyuban pedagang pasar Kertosono yang hingga saat ini tetap konsisten mengais rezeki di eks pasar Induk Kertosono.

Dia menggelar barang dagangannya di lapak sederhana persis di tepi jalan.

Dagangan sepatu itu terlihat tertata rapi terbungkus plastik bening.

Namun ia tak sendiri. Nasib yang sama juga dialami 640 pedagang yang tergabung dalam paguyuban pedagang pasar Kertosono yang kondisinya masih terkatung-katung.

Susanto adalah koordinator paguyuban pedagang pasar Kertosono.

Sudah lebih dari 13 tahun paguyuban pedagang pasar Kertosono itu berdiri pada 2004 silam.

Sebagai koordinator paguyuban ia selalu menerima keluh kesah para pedagang yang seakan nelangsa dengan nasib mereka itu.

Dia bercerita tentang beban yang ditanggung para pedagang terkait aktivitas transaksi perdagangan yang tidak normal hingga membuat pedagang kehilangan pendapatannya sekitar 30/40 persen.

Kondisi pasar relatif lengang bahkan cenderung sepi. Tak seperti dulu yang setiap hari ramai oleh pembeli.

Kebakaran itu berdampak pada minimnya minat pembeli untuk datang berbelanja ke pasar Kertosono.

Padahal para pedagang menangung beban yang amat berat.

Selain mencari modal untuk bisa kembali berdagang mereka dipusingkan dengan biaya sekolah anak-anaknya.

Akibat kehilangan mata pencaharian itu mereka mulai memutar otak guna mencari solusi untuk bisa membayar biaya sekolah anaknya.

Tak hanya itu, rata-rata sebagian besar pedagang tedampak kebakaran memiliki tanggungan pinjaman modal kredit di bank yang harus dibayar.

Penderitan para pedagang itu semakin lengkap karena pada April 2018 mulai melakukan pembayaran tahap pertama.

Harapan satu-satunya yakni pemerintah daerah agar serius memperhatikan nasib para pedagang.

Mereka masih menunggu dana bantuan untuk para pedagang yang terdampak kebakaran yang hingga kini belum terealisasikan.

Sedangkan, dana bantuan dari pemerintah daerah senilai Rp 1.000.000 itu masih dalam proses kajian pengumpulan identitas para pedagang.

Disisi lain terkait tempat relokasi sementara yang masih dibangun oleh pemerintah daerah di depan Balai Desa Banaran untuk pedagang masih menjadi menjadi persoalan pelik.

Pasalnya, dari 640 pedagang yang terdaftar untuk menempati stan relokasi Pemkab Nganjuk hanya menyiapkan sebanyak 600 stan.

Tentunya estimasi kurangnya stan relokasi itu berjumlah delapan bangunan yang berisi 40 stan.

Para pedagang telah mendapatkan sosialisasi terkait proses relokasi yang rencananya akan dilaksanakan pada 20 Desember 2017.

Kendati demikian, para pedagang telah bersedia pindah untuk menempati tempat relokasi itu.

Namun ada syaratnya, yakni Pemkab Nganjuk harus dapat memberikan kepastian terlebih dahulu tentang rancangan pembangunan pasar Kertosono.

Akan tetapi, muncul kajian wacana dari Pemkab Nganjuk mengenai gagasan pembangunan pasar Kertosono di lahan tanah bengkok seluas tiga Hektar sekitar 200 meter dari pasar Kertosono atau di belakang SPBU Banaran.

Walaupun masih sekedar wacana para pedagang telah sepakat menolak pembangunan pasar Kertosono di lahan yang masih ada potensi sengketa itu.

Keinginan pedagang cuma satu yaitu bisa kembali berdagang di pasar Eks Kertosono.

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved