Single Focus

Gedung Pertunjungan Seni Berskala International, Seperti Apa Pemanfaatannya ?

Di Balai Pemuda, fasilitas kesenian dibikin standar internasional dengan biaya sewa tinggi. Tetapi tempat ludruk digelar di THR, sudah tak layak.

Penulis: Fatimatuz Zahro | Editor: Eben Haezer Panca
surabaya.tribunnews.com/ahmad zaimul haq
Suasana gedung kesenian Balai Pemuda saat grup orkestra dari Jepang, Worldship Orchestra melakukan konser amal, Selasa (15/8) malam. Gedung kesenian megah itu jarang digunakan karena sewa yang cukup mahal. 

SURYA.co.id | SURABAYA - Penyediaan sarana dan prasarana berstandar internasional bukan hanya di bidang olahraga. pemerintah Kota Surabaya juga membangunkan gedung kesenian untuk pentas dengan standar internasional di Balai Budaya. Tepatnya di komplek Balai Pemuda.

Gedung kesenian itu baru saja direhab dua tahun yang lalu dan aktif digunakan satu tahun belakangan. Gedung tersebut banyak digunakan untuk pementasan kesenian dan kebudayaan dari dalam maupun luar negeri.

Tidak hanya itu, dari pihak swasta dan juga pemerintahan juga beberapa kali menggunakan fasilitas seni pertunjukan di Balai Budaya.

Namun untuk menggunakan fasilitas ini memang tidak gratis. Lantaran segala peralatan di gedung ini berstandar internasional untuk seni pertunjukan, maka siapa yang ingin menggunakan dikenakan biaya sewa.

Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Surabaya Widodo Suryantoro mengatakan, saat ini sudah banyak yang menggunakan gedung tersebut.

"Sudah banyak kok yang pakai. Dari lokal Surabaya ada, dari luar Surabaya seperti saat cross culture juga pakai fasilitas di Balai Budaya," ucapnya, Senin (20/11/2017).

Gedung diset dengan kualitas audio yang bagus. Kedap suara dan juga panggung teater yang kualitas bagus. Selain itu, untuk bangku penonton yang mampu ditampung sebanyak 750 penonton itu juga didesain nyaman dan standar internasional.

Tak ayal dalam pagelaran di sini memang dipatok biaya yang cukup mahal. Tarifnya dibagi menjadi menjadi dua. Untuk kegiatan komersial dan juga non komersial.

"Kalau untuk komersial yang narik tiket ke penonton ada tarif senilai Rp 25 juta untuk pemakaian selama 12 jam," kata Widodo.

Sedangkan untuk kegiatan non komersial yang tidak menerapkan pembelian tiket ke pengunjung, penyewa ditarik biaya sebesar Rp 12,5 juta untuk penggunaan selama 12 jam.

Disampaikan Widodo, penarikan biaya itu untuk ongkos operasional dan juga pendapatan bagi Pemkot. Tapi tak semata-mata hanya mencari pendapatan, setiap tahunnya Pemkot juga mengundang seniman untuk tampil setiap bulan sekali di Balai Budaya ini.

"Tidak ada syarat tertentu. Ya cuma sewa begitu saja, asal tidak sampai merusak fasilitas, sewanya nanti juga untuk kembali ke operasional kok," katanya.

Untuk skala pertunjukan indoor gedung tersebut sudah sangat memenuhi syarat. Untuk gedung yang disediakan oleh Pemkot yang terbaik baru di Balai Budaya.

Gedung Kesenian yang lain seperti di THR Surabaya, ada empat gedung kesenian di sana.

Untuk ludruk, untuk kesenian wayang orang, dan juga untuk Srimulat. Serta ada satu lagi gedung serba guna. Namun fasilitasnya sudah sangat tidak layak lantaran terakhir direnovasi di tahun 1990-an.

Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved