Citizen Reporter
Tunggu Apa Lagi? Ayo Segera Tulis dan Terbitkan!
ketika penulis baru banyak bermunculan, tapi kenapa penerbit lebih memilih mencetak ulang karya penulis lama? coba pikiiir ...
Reportase Ardi Wina Saputra
Mahasiswa Pascasarjana Universitas Negeri Malang
SASTRA dan penerbitan saling terpaut satu sama lain dan tak mudah dipisahkan. Posisi penerbit dan karya ibarat dua sejoli yang teramat romantis memadu kasih demi memuaskan hasrat para pembaca.
Itu sebabnya Universitas Negeri Surabaya (Unesa) menyelenggarakan seminar nasional Sastra dan Penerbitan. Digelar di Fakultas Bahasa dan Seni, Sabtu (29/4/2017), Oka Rusmini, Tengsoe Tjahjono, dan Denny Mizhar ditunjuk sebagai pembicara utama.
Oka Rusmini, sastrawan yang lama bergelut di bidang jurnalistik mengatakan bahwa media massa sejak dulu hingga sekarang menuntut standar tinggi dalam setiap penerbitannya. Peran media saat ini sangat besar dalam popularitas sebuah karya.
“Penulis zaman sekarang tak hanya sekadar menulis, tapi juga ikut memublikasikan karyanya baik melalui media sosial atau media konvensional,” tegasnya. Meskipun demikian, kualitas karya juga tak boleh dikesampingkan.
Sementara Tengsoe Tjahjono, dosen sastra Unesa mengatakan, dalam bersastra yang diprioritaskan adalah kualitas teksnya, bukan lagi siapa yang menulisnya.
“Saat ini banyak penulis-penulis bermunculan tapi mengapa para penerbit mayor itu justru gencar-gencarnya menerbitkan karya-karya lama dan memasangnya di toko-toko buku dengan kemasan yang lebih menarik?” Tengsoe melempar pertanyaan menggelitik kepada peserta seminar.
Tengsoe menjelaskan, bahwa hal tersebut menunjukkan kualitas sastra yang ditulis oleh sastrawan terdahulu itu masih sangat tinggi nilainya. Itu sebabnya perlu diubah pola pembelajaran sastra agar para pembelajar sastra juga bisa menghasilkan karya berkualitas.
“Sesungguhnya belajar sastra adalah belajar tentang memahami manusia, tidak terpaku hanya pada struktur saja yang membuat pembelajaran tersebut serasa rumit dan membosankan!” tegasnya. Apabila kaya tersebut sudah berkualitas maka saatnya untuk diterbitkan.
Berbicara tentang penerbitan, Denny Mizhar lah ahlinya. Pria yang menggawangi penerbit indie Pelangi Sastra Publisher ini mengatakan, bahwa ada empat tahap yang harus ditempuh agar karya dapat sampai ke tangan pembaca.
Pertama, pengarang harus memiliki karya. Kedua, karya tersebut dikemas dalam bentuk buku melalui proses layout dan edit. Ketiga, jalin kerja sama dengan penerbit. Terakhir, distribusikan buku di toko buku.
“Penerbit indie tidak akan puas jika karya penulis yang diterbitkan hanya berhenti di toko buku, penerbit indie harus berani berinovasi agar buku benar-benar sampai dan dibaca oleh pembacanya!” tegas Denny.
Hal ini sebenarnya telah dia lakukan di Pelangi Sastra Malang. Denny memberi fasilitas kirim gratis bagi pembeli yang membeli buku di area Malang Kota sehingga calon pembaca hanya perlu SMS atau WA saja dan menunggu di rumah sembari meracik kopi.
Buku akan sampai di tangan tepat ketika kopi yang diracik siap diminum sembari membaca buku. Begitulah ...