Sambang Kampung
Kampung di Surabaya ini Dijuluki Kampung Anggrek Tiap Warganya Menanam Anggrek
Kampung di Surabaya ini mendapat julukan Kampung Anggrek karena seluruh rumah ditanami tanaman eksotis tersebut. Beginilah situasinya...
Penulis: Sulvi Sofiana | Editor: Eben Haezer Panca
SURYA.co.id | SURABAYA - Hampir di setiap depan rumah di kampung yang berada di Jalan Kertajaya IVC, ditanami anggrek.
Saking banyaknya tanaman anggrek di sana, sejak 2005, kampung itu dikenal sebagai kampung anggrek.
 
Kampung Kertajaya IV C berada di Kelurahan Kertajaya, Kecamatan Gubeng. Pengunjung yang datang ke kampung itu akan merasakan keteduhan dan keasrian dari hijaunya daun tanaman anggrek Dendrobium dengan bunga warna ungu.
 
Biasanya, setiap bulan Maret hingga Mei, bunga-bunga anggrek bermekaran hingga menghiasi rumah warga. Suguhan ini menjadi daya tarik pengunjung untuk menikmati keasrian di tengah padatnya gedung pertokoan di Jalan Kertajaya.
 
Seksi Lingkungan RT 07 RW 11, Gatot Sugianto mengungkapkan, dahulu keistimewaan dari kampungnya adalah dari 118 keluarga yang berdiam di 60 unit rumah, masing-masing menanam anggrek di halaman rumah.
 
“Setiap tahun kami menjadi kampung yang terpilih untuk mendukung Kota Surabaya meraih Adipura. Sayangnya yang berkunjung sering mengambil anggrek di sini. Lama kelamaan anggreknya habis. Apalagi untuk menanam anggrek cukup sulit,” tutur Gatot.
 
Kini, semenjak berkurangnya jumlah anggrek di kampung itu, ujar Gatot, warganya mulai kurang bergairah merawat tanaman itu kembali. “Lahan tanaman juga banyak dipakai parkir mobil. Jadi ya banyak tanaman yang tidak terawat jadinya,” tegasnya.
 
Sikap warga yang kurang peduli juga turut membuat keberadaan anggrek di kampung ini kian menghilang. Saat reporter Surya berkunjung ke sana, masih terlihat beberapa tanaman anggrek yang menggantung berbunga.
 
“Ini kepengurusan RT baru, rencananya akan kami galakkan lagi untuk menanam Anggrek,” lanjutnya.
 
Sosialisasi Penanaman
Ketua RT 07 RW 11, Ratim mengungkapkan, upaya mempertahankan penghijauan dan ciri khas anggrek akan kembali dilakukan. Kegiatan sosialisasi kepada warga diagendakan untuk membangun rasa memiliki kampung.
 
“Kalau dulu kami setiap mengurus keperluan RT harus bawa tanaman baru untuk kampung. Sekarang nggak lagi karena sudah banyak tanaman, cuma perlu dirawat dan dirapikan,” terang Ratim.
 
Tradisi menanam anggrek kampung ini menurutnya layak diteladani kampung-kampung di Surabaya. Apalagi tradisi menanam anggrek sudah berjalan selama 15 tahun.
 
Awalnya merupakan inisiatif seorang ibu rumah tangga yang tinggal di kampung itu. Langkah ini kemudian diikuti ibu-ibu sekitar hingga menyebar ke seluruh warga.
 
“Karena jarang ada yang jual, jadi cara menanamnya dengan berbagi antara satu tetangga ke tetangga yang lain,”lanjutnya. 
 
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/surabaya/foto/bank/originals/kampung-anggrek_20170419_232113.jpg)