Berita Banyuwangi
Festival Jaranan Buto Digelar Selama Tiga Hari di Banyuwangi
Bingung mau kemana akhir pekan ini di Banyuwangi? Sajian budaya yang satu ini bisa jadi pilihan anda. Catat jadwal dan tempatnya...
Penulis: Haorrahman | Editor: Eben Haezer Panca
SURYA.co.id | BANYUWANGI - Festival budaya kembali digelar di Banyuwangi. Kali ini, giliran Kesenian Jaranan Buto digelar selama tiga hari berturut - turut di Area Terminal Bus Jajag Banyuwangi, mulai 9 hingga 11 Maret 2017.
Berbeda dengan kesenian jaranan buto pada umumnya yang selalu digelar siang hingga sore hari, Festival Jaranan Buto kali ini digelar malam hari.
"Penyelenggaraan Festival Jaranan Buto ini tidak hanya untuk mendongkrak sektor wisata, tetapi juga sekaligus untuk mewadahi dan menumbuhkan kreativitas rakyat Banyuwangi," kata Bupati Banyuwangi, Abdullah Azwar Anas, Jumat (10/3/2017).
Selain waktu pelaksanaannya yang berbeda dari biasanya, Jaranan Buto kali ini juga tidak digelar di lapangan, melainkan dipertontongkan secara epic di atas panggung dengan dekorasi khas Jaranan Buto.
Festival Jaranan Buto kali ini melibatkan lebih dari 20 tim yang berasal dari sanggar seni, kelompok seni, dan grup jaranan buto se-kabupaten Banyuwangi.
Dalam festival ini diberikan penilaian dari seluruh grup dengan hadiah yang menarik. Beberapa juri dari berbagai elemen, mulai dari budayawan, pembina dan pemerhati kesenian Jaranan Buto akan dilibatkan.
Nantinya dipilih beberapa kriteria dalam penjurian seperti tim terbaik mulai juara hingga peringkat lima.
”Mereka akan beradu koreografi diatas panggung untuk menjadi yang terbaik. Selain itu juga akan dipilih musik, kucingan, bodolan, celengan, dan barongan terbaik,” kata Plt Kepala Dinas Pariwisata, MY Bramuda.
Festival yang tergolong baru ini merupakan apresiasi pemerintah kabupaten Banyuwuangi untuk menjaga dan melestarikan budaya dari kesenian Jaranan Buto.
Kesenian Jaranan Buto merupakan kesenian jaranan yang ada dan berkembang di Kabupaten Banyuwangi. Kesenian ini berasal dari akulturasi berbagai kesenian jaranan dengan budaya lokal Banyuwangi.
Kesenian Jaranan Buto banyak berkembang di daerah Banyuwangi wilayah selatan, yang kental dengan budaya dan kesenian Jawa Mataraman. Ini terjadi karena kesenian jaranan banyak dibawa pada saat terjadi perpindahan penduduk secara besar-besaran, dari wilayah Jawa Timur bagian barat (Pacitan, Trenggalek, Tulungagung) ke wilayah Banyuwangi.
Jaranan Buto merupakan perwujudan upaya manusia untuk mengendalikan nafsu angkara murka (yang disimbolkan dengan sosok Buto atau raksasa), agar tidak menimbulkan kesusahan. Manusia dalam hal ini yang di gambarkan dengan seorang kesatria yang memiliki atau mengendalikan tunggangannya berupa sosok Buto.
Kesenian yang syarat akan mistis dan pemerannya selalu mengalami trance atau tidak sadarkan diri, menjadi sangat seru dan menarik bagi masyarakat yang sangat antusias ketika kesenian jaranan buto muncul.
"Biasanya para penari yang tampil bisa sampai kesurupan dan asik untuk ditonton," kata Bramuda.
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/surabaya/foto/bank/originals/festival-jaranan-buto-banyuwangi_20170310_171019.jpg)