Profil
Putri Chumairoh: Tak Punya Hari Libur
"SAMPAI SERING diprotes keluarga karena tidak punya waktu libur untuk berkunjung ke rumah nenek dan ke keluarga lainnya.
Penulis: M Taufik | Editor: Parmin
SURYA.co.id | GRESIK - Kesibukan kuliah sambil mengajar di dua kampus berbeda, plus menjalani profesi sebagai MC, membuat Putri Chumairoh seperti tidak punya waktu libur.
Sambil menempuh S2 di Universitas Airlangga (Unair) Surabaya, gadis cantik yang tinggal di Jl Proklamasi Gresik ini sibuk mengajar Bahasa Inggris di Universitas Islam Negeri Sunan Ampel (UINSA) Surabaya dan mengajar Bahasa Inggris di STIKES Delima Persada Gresik.
Cewek berjilbab kelahiran 1993 tersebut mengaku juga aktif menjadi MC di sejumlah acara.
"Jadi MC kalau ada job saja, itu pun sering saya tolak jika berbenturan dengan jadwal kuliah atau mengajar," kata Putri Chumairoh, Senin (13/2/2017).
Dengan seambrek kesibukan itu, bungsu dari dua bersaudara ini mengaku harus pandai-pandai membagi waktu.
Namun, itupun masih sulit untuk bisa punya hari libur.
"Sampai sering diprotes keluarga karena tidak punya waktu libur untuk berkunjung ke rumah nenek dan ke keluarga-keluarga lainnya. Tapi untungnya, keluarga juga memahami kesibukan saya," kisahnya.
Sehari-hari, Putri biasa kuliah pada sore hingga malam hari. Sedang pagi hari, bisa dimanfaatkan untuk mengajar di UINSA Surabaya dan STIKES Delima Gresik.
Aktivitas MC, akunya, biasa dilakoninya ketika Weekend atau waktu di luar kuliah dan mengajar.
Meski super sibuk, perempuan yang bercita-cita menjadi pengajar ini mengaku tetap enjoy menjalani semuanya.
"S2 saya kan ambil Kajian Sastra dan Budaya, nah ketika melakukan penelitian dan mengerjakan tugas ke luar daerah bisa sambil berlibur. Toh tetap menyenangkan," selorohnya.
Dengan kesibukannya itu, alumnus UINSA Surabaya ini mengaku senang sudah bisa punya penghasilan sendiri.
Selain untuk mencukupi kebutuhan sendiri, dia juga sudah bisa memberi orangtuanya.
Meski belum banyak, itu dirasa sangat membanggakan.
Yang terpenting, Putri berharap agar semua kerja kerasnya ini membuahkan hasil.
Khususnya, mencapai cita-citanya sebagai tenaga pengajar atau dosen.
"Karena menurut saya, pekerjaan paling cocok untuk perempuan adalah menjadi pengajar. Selain bisa ilmunya bermanfaat, bisa tetap belajar dan mendapat penghasilan," pungkasnya.