Citizen Reporter
Lettu Soejitno dan Sejarah Lokal Bojonegoro yang Terlupakan
banyak yang terheran-heran saat pahlawan kemerdekaan muncul ke permukaan dalam ujud tulisan dan gambar.. Lettu Soejitno salah satunya pahlawan itu..
Reportase Rintahani Johan Pradana
Mahasiswa Pascasarjana Universitas Negeri Malang
PERANG kemerdekaan Indonesia yang terjadi pada kurun 1945 hingga akhir 1949 meninggalkan beragam jejak sejarah.Terkenang dalam bentuk monumen perjuangan hingga deretan patung para tokoh pejuang yang terlibat.Entah berapa ratus atau ribu monumen yang didirikan, sejauhini jumlahnya tak sebanyak mereka yang berkenan untuk menguak kisah di balik pendiriannya.
Tepat di jantung Kota Bojonegoro, sebuah patungpejuang berdiri dalam sepi, di tengah taman kota. Patung ini mewakili sosok Lettu Soejitno, yang gugur dalam perang kemerdekaan di Bojonegoro.
“Inilah alasan, mengapa perlu adanya pembelajaran pada sejarah lokal bagi siswa di sekolah,” ungkap Oktia Alvi, guru matapelajaran sejarah pada salah satu sekolah di Bojonegoro.
“Mungkin nama Lettu Soejitno, lebih dikenal sebagai nama jalan di Kota Bojonegoro. Padahal, tentu mereka juga tahu bahwa yang diabadikan sebagai nama jalan adalah nama para pahlawan yang banyak berjasa bagi negara,” imbuh Oktia.
Hal ini tentunya mengundang respons, agar ada suatu langkah untuk mengenali dan memahami sejarah lokal yang ada.
Kedatangan Watu Semar yang dipindahkan ke alun-alun Bojonegoro seolah membuatnya semakin kalah tenar. Padahal, jasa dari sosok bernama lengkap Raden Mas Soejitno Koesoemobroto dalam perjuangan mempertahankan kemerdekaan di Bojonegoro terbilang cukup besar.
Lettu Soejitno merupakan sosok kelahiranTuban 4 November 1925. Bergabung dengan pejuang Republik dan menjadi komandan dalam menghadang pasukan Belanda pada masa Agresi Militer tahun 1949 di Bojonegoro. Dalam sebuah pertempuran di sebuah desa di Bojonegoro, pada 15 Januari 1949, komandan tempur yang sempat tergabung dalam Brigade Ronggolawe ini gugur.
“Lettu Soejitno merupakan putera dari Bupati Tuban, RMAA Koesoemobroto. Karena jasanya pada warga Bojonegoro, ia kemudian dikenang sebagai pahlawan bagi warga Bojonegoro. Namun, kini tidak banyak generasi muda yang mengetahui sejarah perjuangannya,” pungkas Oktia.
Sejarah lokal sering tenggelam dalam narasi besar sejarah nasional. Padahal, tak akan pernah ada sejarah nasional tanpa dibangun oleh kisah-kisah yang terserak dari sebuah peristiwa di daerah.
Sudah sepatutnya, generasi muda tidak hanya tahu apa yang terjadi pada sejarah negaranya, namun lebih sederhana lagi, juga memahami apa yang pernah terjadi di daerahnya. Manusia hari ini ada karena masa lalu.