Berita Gresik
Sudah Ada Bendungan Rp 1,3 Triliun di Gresik dan Lamongan tapi kok Masih Banjir?
BENDUNG GERAK SEMBAYAT. Rp 1,3 triliun, luas lahannya 10 hektare di Lamongan dan 76 hektare di Gresik. Mengapa tetap banjir?
Penulis: Sugiyono | Editor: Yuli
SURYA.co.id | GRESIK - Proyek nasional Bendung Gerak Sembayat (BGS) di Desa Sidomukti, Kecamatan Bungah, Gresik yang membendung Bengawan Solo tidak mampu menampung air yang terus meningkat.
Akibatnya, pemukiman warga di Desa/Kecamatan Bungah, terus tergenang.
Pantauan SURYA.co.id, 7 pintu BGS dibuka tapi air masih mengalir dari sisi samping kiri dan kanan BGS. Padahal, diharapkan proyek tersebut dapat mengontrol laju air yang dari hulu yaitu daerah Bojonegoro dan Lamongan.
Tapi, jika 7 pintu pengontrol air itu ditutup maka daerah Kecamatan Dukun, Gresik akan semakin terendam air.
"Jika BGS ditutup maka daerah Dukun yang bahaya karena letak beberapa desa di Kecamatan Dukun dekat dengan muara bagian hulu Bengawan Solo," kata Abu Hassan, Kepal Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Gresik, Kamis (1/12/2016).
Proyek itu dibiayai dengan anggaran Rp 1,3 triliun, luas lahannya sekitar 86 hektare. Terdiri dari 10 hektare di Kabupaten Lamongan dan 76 hektare di Gresik.
Pembanguan tahap dua dimulai sejak 2011. Proyek ini diperkirakan mampu menampung 7 juta kubik air Bengawan Solo.
Airnya akan dijadikan air bersih untuk mencukupi kebutuhan masyarakat sekitar dan industri.
"Sudah ada proyek BGS masih saja banjir," kata Kasimun (66), warga Desa/Kecamatan Bungah, yang rumahnya tergenang air selama lima hari ini.