Liputan Khusus Jatim Bebas Pasung

Susahnya Merawat Pasien Pasung : Ada yang Makan Pisang Sekalian Kulitnya

Ada juga yang sudah bertahun-tahun tidak berjalan, sehingga otot motorik kakinya lemah.

Penulis: Benni Indo | Editor: Titis Jati Permata
surya/benni indo
Pasien gangguan jiwa di RSj Menur Surabaya mengikuti senam pagi bersama, Rabu (20/7/2016). 

SURYA.co.id | SURABAYA - Merawat pasien pasung butuh kesabaran lebih. Ini karena banyak hal yang harus diajarkan sejak awal, mulai dari cara berjalan, makan, bahkan hingga cara buang air besar. Apalagi, mereka telah lama dipasung.

Sudah 20 tahun Iskandar, perawat di RSJ Menur Surabaya, menangani pasien sakit jiwa, termasuk yang dipasung.

Pekerjaan ini, katanya, membutuhkan kesabaran lebih. Banyak hal yang harus diajarkan dari awal.

Ada pasien yang lupa makan dan berjalan, ini karena terlalu lama dipasung. Sampai ada yang makan pisang tanpa mengupas kulit.

Ada juga yang sudah bertahun-tahun tidak berjalan, sehingga otot motorik kakinya lemah.

Lewat terapi, si pasien memang bisa berjalan, tapi cara jalannya agak aneh. "Itu karena terlalu lama dipasung,” kata Iskandar, Selasa (19/7/2016).

Iskandar pun harus telaten mengajari pasien buang air besar dan kecil dengan benar.

“Di sini kami memanusiakan manusia. Pagi hari kami senam dan sepakbola. Ini videonya,” paparnya sembari memperlihatkan video di ponsel.

“Kami tidak mengrangkeng (mengurung) singa atau buaya, melainkan merawat manusia,” tegasnya.

Kepala Seksi Mutu dan Asuhan Perawatan RSJ Menur, Basuni memaparkan, jumlah pasien pasung yang masuk sejak Januari hingga Juni 2016 sebanyak 45 orang.

Mereka tidak dipungut biaya. Namun, meski gratis, kasus pemasungan masih kerap terjadi. Banyak keluarga yang kembali memasung pasien yang keluar dari RSJ.

"Ini juga karena paradigma berpikir masyarakat yang keliru," ujarnya.

Sebagian keluarga, kata Basuni, beranggapan si pasien kalau tidak dipasung akan menimbulkan kekacauan di lingkungan.

Kalau pasien kambuh, pihak keluarga juga tak segera membawa ke RSJ karena faktor aksesibilitas.

Ini, lanjutnya, terjadi karena sebagian besar pasien berasal dari kalangan ekonomi bawah yang harus berpikir dua kali jika ingin mengeluarkan biaya untuk berobat ke RSJ yang jaraknya jauh.

Sumber: Surya Cetak
Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved