Seni Budaya
Kisah Mengharukan Cak Rogo, 35 Tahun Mempertahankan Seni Ludruk Khas Suroboyo
#SURABAYA - "Sampai mati, sampai titik darah penghabisan. Saya akan berjuang demi kesenian Suroboyo, Ludrukan," sahutnya.
Penulis: Monica Felicitas | Editor: Yuli
SURYA.co.id | SURABAYA - "Nok Banyu Urip tuku jeruk, nok Kalidami tuku nongko. Mumpung jek urip nanggapo ludruk, besok nek mati ben munggah suwargo."
Itulah suara merdu kidungan khas Surabaya yang dinyanyikan Cak Rogo (58), seniman yang tinggal di Kampung Seni Taman Hiburan Rakyat Surabaya.
Rumah Cak Rogo tidaklah luas. Ukurannya hanya 5x7 meter dan diisi oleh istri, anak serta cucunya. Tempat itu menjadi satu dengan ruangan pertunjukan Ludruk dan Ketoprak.
Kidungan tadi ia nyanyikan di pelataran rumahnya, yang dipenuhi baju kesenian yang ia sewakan.
Senin (21/3/2016), langit Surabaya bewarna biru tanda cuaca akan cerah.
Cak Rogo yang mempunyai nama asli Sugeng Rogo Wiyono ini menceritakan perjalanan kariernya sebagi seniman Ludruk khas Suroboyo selama 35 tahun.
Ia pendiri Sanggar Seni Pemuda Taman Hirra, salah satu sanggar di Kampung Seni THR Surabaya, yang beranggotakan anak-anak usia sekolah.
Kakek 3 cucu ini lantas menyalakan rokoknya. Ia mengaku ingin melahirkan generasi penerus Ludruk yang dapat melestarikan budaya Surabaya.
"Andai orang-orang tahu, saat ini seni Ludruk sangat memprihatinkan, saya sangat sedih," katanya sambil menerawang jauh.
Sambil terus menyedot rokoknya, pria berkumis hitam ini menceritakan.
Hingga saat ini, ada pemain ludruk berusia 60 tahun yang memainkan tokoh Suminah di depan sanggarnya setiap Minggu. Sedangkan penontonnya anak muda yang masih segar dan kuat.
"Itu kan nggak etis, kok bisa anak muda yang tinggal nonton, mestinya mereka yang melanjutkan," sahutnya dengan suara lirih.
Dari keprihatinannya itu, ia mengajak anak-anak dari usia PAUD hingga SMA untuk mau belajar dan mencintai kesenian Ludruk.
"Apa begini terus sampai Ludruk akan mati, dan apa kelakon nantinya? Jangan sampai nantinya kampung seni ini menjadi kuburannya orang seni," sahutnya dengan nada tinggi.
Cak Rogo terus bercerita kepada SURYA.co.id perihal dirinya yang ternyata bukanlah seniman yang berangkat dari kesenian Ludruk.