Maritim

Pelindo Gresik dan Pelra Ingin TIngkatkan Perekonomian Antar Pulau

Kapal-kapal kayu yang bersandar di area Pelindo III Cabang Gresik terus melayani bongkar muat kebutuhan sembako dan bahan bangunan antar pulau.

Penulis: Sugiyono | Editor: Yuli
Surya/Moch. Sugiyono
BONGKAR – Fixed crane sedang beroperasi menurunkan kayu dari kapal tongkang di dermaga VIII, Pelindo III Cabang Gresik, Minggu (1/11/2015). 

SURYA.CO.ID I GRESIK – PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo) III Cabang Gresik terus berbenah dan berinovasi untuk menatap masa depan terutama menghadapi masyarakat ekonomi Asean (MEA) atau pasar bebas Asia pada 2016. Peningkatan usaha itu tanpa meninggalkan Pelabuhan rakyat (Pelra) yang ada di masing-masing pelabuhan.

Kapal-kapal kayu yang bersandar di area Pelindo III Cabang Gresik terus melayani bongkar muat kebutuhan sembako dan bahan bangunan antar pulau. Seperti Pulau Kalimantan, Sumatra dan Banjarmasin dengan pekerja kuli panggul. Dermaga Pelra selalu diperbaiki untuk sandar kapal-kapal dari berbagai pulau.

Dengan adanya Pelra tersebut, Pelindo III Cabang Gresik ikut berkembang dan maju untuk meningkatkan perekonomian negara dan daerah. Dengan adanya kapal-kapal besar dan kapal kayu antar pulau yang bongkar muat di area Pelindo III Cabang Gresik terus meningkat dari tahun ketahun.

Pelayanan dan keamanan terus ditingkatkan khususnya untuk menghadapi pasar besar Asia atau Mea. “Pemasangan portal di pintu gerbang depan itu salah satu mengadapi Mea, sebab orang asing itu keamanannya itu nomor satu,” kata Imran Rasidi, Manager Operasi dan komersil dengan didampingi Haris Budiarto selaku manajer SDM, Umum dan Kesistiman PT Pelindo III Cabang Gresik, Minggu (1/11/2015).

Untuk perawatan di dermaga Perla, setiap tahun selalu dilaksanakan normalisasi kedalaman kolam atau area sandar kapal, sehingga tidak terjadi pendangkalan. “Pelayanan dermaga Pelra selalu diperbaiki dan dibenahi. Terutama kedalaman kolam, setiap tahun selalu ada pengerukan agar tidak dangkal,” katanya.

Menurut Imran, keberadaan Pelra yang ada sejak dulu tidak bisa dimusnahkan atau disisihkan tapi perlu ditata agar ikut maju dan berkembang bersama.

“Keberadaan Pelra tidak bisa dipisahkan dengan Pelindo. Di mana-mana juga ada Pelra. Di Surabaya ada sebab Pelra Kalimas, di Pelabuhan Semarang ada Pelra Tanjung Emas. Pelra ini bertujuan untuk mengirim barang ke Pulau-pulau yang dermaganya belum bisa digunakan sandar kapal-kapal besar. Pelindo tidak mematikan Pelra tapi membagi area untuk memperlancar pengiriman barang-barang ke seluruh Indonesia melalui jalur laut,” imbuhnya.

Misalnya, ada dermaga Teluk Lamong, yang sudah dibagi masing-masing segmen usahanya peti kemas dan curah kering. Begitu juga di Gresik juga digunakan untuk curah kering, curah cair dan general kargo. Misalnya, log dan batu bara.

“Zonanya sudah jelas dikelola PT Gresik Jasatama. Jadi saling mendukung dan sudah dibagi wilayah. Pelra nanti juga akan dikembangkan dan ditata agar lebih rapi. Hal ini juga untuk menyiapkan Mea,” imbuhnya.

Sementara penataan di Pelindo III Cabang Gresik ada Dermaga Nusantara yang sudah bisa digunakan sandar kapal internasional untuk bongkar curah cair, dengan kedalaman dermabaga 12 meter. “Kapal-kapal yang bongkar di sana dari Singapura dan China. Bongkar Cair. Kedalaman dermaga sebelah dalam 9 meter dan luar 12 meter. Kapal-kapal muatan 10.000 ton bisa sandar,” katanya.

Sekarang ini, untuk mengembangkan usaha dan pelayanan, di Pelindo III Cabang Gresik telah beroperasi 4 unit fixed crane sejak Mei 2015 kemarin dan penambahan dua unit forklift. “Modal dari PT Pelindo III pusat. Tujuannya untuk mempercepat bongkar muat. Semakin cepat kapal berangkat semakin cepat perputaran perekonomian. Biaya produksi bidang transportasi dan jasa juga semakin murah,” kata Haris.

Operator fixed crane yang dioperasikan 24 jam itu tidak berhenti melayani penguasa yang ingin membongkar dan muat melalui Pelabuhan Gresik. Sekarang ini sudah digunakan bongkar pupuk, bongkar log dan barang-barnag kontruksi. “Pengiriman antar pulau di wilayah Kalimantan, Sulawesi dan Sumatra dan NTT,” katanya.

Dengan adanya 4 fixed crane tersebut arus bongkar muat di dermaga VIII, tidak ada lagi waktu yang kosong.

“Melayani bongkar muat 24 jam. Satu kapal bisa dua fixed crane. Sehingga sekali angkat 200 ton per jam. Misalnya, 2 crane sehingga 400 ton. Jika kapal itu muatan 10.000 ton, bisa sehari - dua hari sudah selesai. Dan adanya fixed crane tersebut tidak sampai mematikan Pelra yang usaha jasa bongkar muat log,” imbuhnya. 

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved