Emas Global Tembus Rekor, Saham Sektor Tambang Berpeluang Menguat

Sektor emas dan saham-saham intensif modal menjadi sorotan karena diperkirakan akan mendapat keuntungan dari penurunan suku bunga

Foto Istimewa IPOT
EMITEN TAMBANG - Equity Analyst PT Indo Premier Sekuritas (IPOT), Imam Gunadi. Berbicara tentang potensi market pada pekan ini 8-12 September 2025, Imam menilai sektor komoditas emas masih akan menjadi salah satu sektor yang menarik perhatian investor. 

SURYA.CO.ID, SURABAYA - Harga emas global mencapai rekor tertinggi USD 3.595 per troy ounce, dipicu ekspektasi pemangkasan suku bunga Federal Reserve Amerika Serikat yang memberikan angin segar bagi sektor pertambangan emas Indonesia. 

Kondisi ini membawa implikasi positif bagi pasar domestik, dengan potensi masuknya aliran modal ke Indonesia.

Sektor emas dan saham-saham intensif modal menjadi sorotan karena diperkirakan akan mendapat keuntungan dari penurunan suku bunga.

Diketahui, di pasar global, emas menjadi instrumen yang paling disorot. 

Harga menembus rekor baru di USD3.595/troy ounce (+4,15 persen w/w) seiring meningkatnya permintaan safe haven. 

Penguatannya didorong oleh kombinasi risiko kebijakan tarif Trump, isu independensi The Fed, serta pelemahan data ketenagakerjaan AS. NFP Agustus hanya +22k (vs konsensus 75k) dengan pengangguran naik ke 4,3 persen, tertinggi sejak 2021.

Kondisi ini mendorong repricing agresif terhadap kebijakan moneter AS: probabilitas pemangkasan 25 bps September naik ke 89 persen , bahkan peluang pemangkasan 50 bps kini terbuka di 11 persen.

Equity Analyst PT Indo Premier Sekuritas (IPOT), Imam Gunadi menegaskan dengan mempertimbangkan keseimbangan faktor domestik dan eksternal, secara teknikal ia memproyeksikan pergerakan IHSG pekan ini akan bergerak bervariasi cenderung menguat dengan range support di 7.680 dan resistance 8.000.

"Katalis utama datang dari ekspektasi pelonggaran moneter The Fed, ditopang inflasi domestik yang terkendali dan momentum perbaikan sektor manufaktur," kata Imam, Senin (8/9/2025).

Penguatan pekan ini terjadi setelah ada tekanan terhadap IHSG pada pekan lalu yang lebih banyak dipicu faktor politik domestik, tercermin dari koreksi intraday lebih dari 3,5 persen di awal pekan disertai outflow asing > Rp2 triliun. 

Namun demikian, fundamental makro domestik pada pekan lalu relatif solid.

"Inflasi Agustus tercatat 2,31 persen (yoy), masih inline dengan target BI (2,5 persen ±1 persen), menandakan daya beli tetap terjaga. Di sisi lain, PMI Manufaktur kembali ke area ekspansif (51,5) setelah empat bulan kontraksi, yang menjadi sinyal awal pemulihan aktivitas produksi," jelas Imam.

Berbicara tentang potensi market pada pekan ini 8-12 September 2025, Imam menilai sektor komoditas emas masih akan menjadi salah satu sektor yang menarik perhatian investor. 

"Sentimen utama datang dari melemahnya data tenaga kerja AS yang berimplikasi pada meningkatnya probabilitas pemangkasan suku bunga The Fed, serta penguatan harga emas global yang kembali menembus rekor baru," jelas Imam.

Dengan kondisi tersebut, ia melihat saham-saham berbasis emas berpotensi melanjutkan momentum penguatannya.

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved