Hari Sumpah Pemuda
Ajari Ngaji PSK Antar Fuad jadi Pemuda Pelopor Jatim
Selain Fuad, Pakde Karwo juga menyerahkan penghargaan untuk pemuda pelopor di bidang lainnya. Yakni, sosial, budaya, Pariwisata, dan bela negara.
Penulis: Mujib Anwar | Editor: Yuli
SURYA.co.id | SURABAYA - "Alhamdulilah, lengkap sudah," ucapan tersebut spontan meluncur dari mulut Fuad Fahmi Hasan, Rabu (28/10/2015).
Beberapa kali tangan pemuda 22 itu terlihat mengusap wajahnya, sebagai tanda rasa syukur.
Sikap ekspresif tersebut ditunjukkan Fuad, setelah dirinya menerima penghargaan Terbaik I Bidang Pendidikan Pemuda Pelopor Provinsi Jatim tahun 2015. Trophy dan piagam penghargaan diserahkan langsung oleh Gubernur Jatim Soekarwo, dalam puncak peringatan Hari Sumpah Pemuda ke-87, di halaman Gedung Negara Grahadi.
Selain Fuad, Pakde Karwo juga menyerahkan penghargaan untuk pemuda pelopor di bidang lainnya. Yakni, sosial, budaya, Pariwisata, dan bela negara. Bidang pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan, bidang pangan, serta bidang teknologi tepat guna, komunikasi, dan informasi.
Menurut Fuad, dirinya bersyukur karena penghargaan Pemuda Pelopor Provinsi Jatim tahun 2015 Terbaik I Bidang Pendidikan yang diterima menggenapi penghargaan serupa yang diterimanya untuk tingkat Kota Surabaya.
Menurut mahasiwa Jurusan Manajemen, Fakultas Ekonomi Bisnis Unair ini, penghargaan yang diraihnya tersebut buah jerih payah selama tiga tahun mengajari masyarakat miskin kota dan mereka yang terpinggirkan. Mulai, pemulung, anak jalanan, pengamen, hingga mantan pekerja seks komersial (PSK).
"Mereka kita ajari ngaji (Alquran) dan ketrampilan ekonomi," ujarnya, kepada Surya.
Itu dilakukan, karena selama ini mereka tidak diperhatikan oleh Pemerintah dan sering dipandang sebelah mata oleh masyarakat, bahkan dianggap sebagai sampah masyarakat. Padahal mereka juga manusia dan butuh pertolongan.
"Itulah semangat yang awalnya menggerakkan saya dan relawan lain menyentuh mereka," imbuhnya.
Upaya mencerdaskan mereka yang kalah dan terpinggirkan itu dilakukan Fuad melalui Komunitas Urban Care Community, lembaga yang didirikannya.
Pelajaran diberikan di empat tempat berbeda. Yakni, Strenkali Jagir, Putat Gang Makam, Jembatan Merah Plaza dipinggir Pabean, dan Kampung Pemulung Keputih.
Kelas Strenkali Jagir dibuka hari Sabtu, mulai pukul 14.00 sampai 16.00. Lalu hari Minggu kelas pindah ke JMP dan Putat Gang Makam dengan jam pelajaran mulai pukul 09.00 sampai 11.00. Sedangkan kelas di Kampung Pemulung Keputih diberikan tiga kali, yaitu hari Senin, Rabu, dan Jumat.
"Alhamdulilah, animo masyarakat yang kita ajar cukup luar biasa," tegasnya.
Saat ini, jumlah murid yang diajari mencapai ratusan. Untuk mengajar mereka, pemuda yang tinggal di Jalan Wiyung Indah Perumahan Taman Pondok Indah (TPI) Surabaya ini tidak sendirian. Dia dibantu oleh lebih dari 100 orang relawan lain. Semuanya adalah mahasiwa dari berbagai perguruan tinggi di Surabaya. Mulai Unair, ITS, UINSA, Unesa, Universitas Muhammadiyah Surabaya, dan perguruan tinggi lainnya.
"Teman-teman mahasiswa melakukannya secara ikhlas, tanpa ada bayaran sepeserpun," imbuh Fuad.
Kini, dengan keberhasilan pola pembelajaran untuk masyarakat miskin kota dan mereka yang terpinggirkan, anak pertama dari tiga bersaudara ini berharap Pemerintah peduli terhadap mereka.
Caranya, dengan menyediakan sarana umum, menjadikan masyarakat urban lebih produktif, dan membuat tata kelola kota yang lebih mempedulikan kondisi sosial masyarakat seperti itu.