Berita Malang Raya

Gending Malang Riwayatmu Kini

Perbedaan yang lain, nada Gending Malang terdengar ritmik, dan membuat yang mendengar untuk bergerak alias menari.

Penulis: Adrianus Adhi | Editor: Wahjoe Harjanto
zoom-inlihat foto Gending Malang Riwayatmu Kini
surya/adrianus adhi
NYARIS PUNAH - Sumantri, pemain Kendang Jegdong memimpin teman-temannya bermain Gending Malang yang nyaris tak pernah didengarkan oleh masyarakat di kotanya sendiri, Rabu (5/8/2015).

Dosen Program Studi Tari dan Musik Fakultas Sastra Unversitas Negeri Malang, Robby Hidayat, yang hadir dalam pertunjukkan tersebut menambahkan, Gending Malang kini semakin langka, seiring perkembangan jaman.

Menurutnya, Gending Malang dahulu dimainkan untuk mengiringi seni Tari Topeng, Tayup, Ludruk, Wayang Topeng dan Wayang Kulit. Kini hanya Tari Topeng dan Wayang Topeng yang diiringi Gending Malang. Walau begitu, jumlah seniman yang menggunakan gending ini sedikit.

Selain tak pernah dipopulerkan, Robby menilai Gending Malang digolongkan pelaku kesenian dalam kelas dua. Akibatnya, masyarakat saat ini masih beranggapan bahwa kasta utama kesenian tradisional adalah yang berasal dari Kerajaan Mataram, atau yang berbasis di Solo dan Jogjakarta.

Robby menambahkan, usaha untuk mendokumentasikan Gending Malang kini mulai berdatangan. Selain dari kaum akademisi di Malang, Institut Seni Indonesia (ISI) di Solo juga tertarik mendokumentasikannya. Mereka datang Rabu (5/8/2015) sore.

Tak hanya itu, Gending Malang juga akan menjadi bahan perkuliahan mahasiswa jurusan pedalangan dan karawitan di Solo. Lalu bagaimana dengan Malang? Jawaban itu masih belum bisa disampaikan.

Baca selengkapnya di Harian Surya edisi besok.
LIKE Facebook Page www.facebook.com/SURYAonline
FOLLOW www.twitter.com/portalSURYA

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved