Berita Malang Raya
Judul Film Glen Fredly Serupa Dengan Karya Cerpen Dosen UB
“Ini adalah buku kumpulan cerpen, yang saya buat selama menempuh pendidikan di Jerman,” kata pria asal Banyuwangi ini.
Penulis: Adrianus Adhi | Editor: Yoni
SURYA.co.id|MALANG - Nama Yusri Fajar, Kepala Progam Studi Sastra Inggris S1, Universitas Brawijaya (UB) naik daun setelah kemunculan film Surat Dari Praha.
Ini karena judul film tersebut sama dengan judul buku kumpulan cerpen Yusri yang terbit pada tahun 2012.
Saat ditemui Surya di D’Flavours Cafe, Jumat (31/7/2015) malam, Yusri tampak santai.
Dia mengenakan pakaian casual, berkemeja flannel, celana jeans, dan mengenakan topi. Ia lebih tampak seorang seniman daripada seorang akademisi dengan pakaian tersebut.
Setelah duduk, dia lantas menunjukkan buku setebal 161 halaman, bercover putih, dan berjudul ‘Surat Dari Praha’ yang selama ini menjadi kontroversi.
“Ini adalah buku kumpulan cerpen, yang saya buat selama menempuh pendidikan di Jerman,” kata pria asal Banyuwangi ini.
Pria kelahiran tahun 1977 ini menjelaskan buku tersebut dibuat mulai tahun 2010. Kala itu ia mendapat beasiswa Dinas Pertukaran Akademisi Jerman (DAAD) untuk meneruskan studi Master of Arts di Universitas Bayreuth, Bayern, Jerman.
Selama menempuh studi di sini, Yusri sebenarnya merampungkan banyak cerita yang diperoleh lewat pengamatan, dan interaksi sosial bersama teman-teman di luar negeri.
Walau demikian, hanya 14 Cerpen yang kemudian dibukukan secara indie pada tahun 2012.
Salah satu judul cerpen itu adalah ‘Surat Dari Praha’ yang kemudian menjadi judul buku kumpulan cerpennya. Cerpen ini mengisahkan romansa seorang pemuda asal Indonesia, Marwo bersama Pavla, seorang gadis Praha.
Dalam kisah itu dipaparkan bahwa Marwo yang datang ke Praha di awal tahun 60’an untuk menempuh studi Ilmu Politik di Universitas Charles Praha, hendak bunuh diri setelah tahu Indonesia bergolak karena G30/S/PKI.
Dia tak berani pulang karena khawatir dikucilkan, atau dibunuh.
Di saat masa galau inilah Pavla, menyemangati hidup Marwo. Pavla yang dikenal sejak duduk bangku kuliah, lantas menyemangati Marwo yang kemudian memilih bertahan di Praha, lalu bekerja paruh waktu untuk mengganti biaya beasiswa yang diputus.
Yusri mengatakan kisah seperti ini didapat setelah ia berkunjung ke Praha bersama teman kuliahnya di Jerman.
Kunjungan ini dilakukan di sela kepadatan kuliah Yusri, dan di sela undangan kegiatan Reading Ulysses di James Joyce Foundation Zurich Swiss.
“Dia yang memberi tahu saya nasib eksil (orang terbuang, red) asal Indonesia di tahun 60’an dulu, dan menunjukkan pada saya bagaimana kehidupan mereka waktu itu,” tambahnya.
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/surabaya/foto/bank/originals/yusri-surat-dari-praha_20150801_113835.jpg)