Feature
Penjual Jamu Itu Ingin Racuni Pembelinya dengan Buku
"Kalau jualan jamu sudah dari sejak kecil. Ibu saya memang berjualan jamu. Tapi kalau keliling jualan jamu sambil bawa buku sekitar 2011," kata Fauzi
Penulis: Rahadian Bagus | Editor: Rahadian Bagus Priambodo
Saat ini dia memiliki perpustakaan di rumahnya, di Jalan Sukorejo RT 9 RW III, Desa Sukorejo, Kecamatan Buduran, Kabupaten Sidoarjo. Perpustakaan itu dibangun dari uang hibah dari teman-teman dan sejumlah dermawan.
Perpustakaan Taman Ilmu Masyarakat atau disingkat Perpustim itu dibangun di sebuah gedung bekas poliklinik desa yang sudah sekitar dua tahun tidak terpakai. Fauzi memberanikan diri meminta izin kepada Kepala Desa Sukorejo untuk menggunakan bangunan tersebut sebagai perpustakaan.
Beruntung kepala desa memberinya izin." Dulu ini bekas polindes, tapi sudah dua tahun tidak dipakai. Akhirnya saya minta ke pak kades untuk dipakai sebagai perpustakaan," terangnya.
Fauzi menceritakan, pada awalnya Perpustim hanya berisi beberapa buku-buku bekas miliknya. Buku-buku agama dan buku pelajaran pada saat dia belajar di pondok pesantren. Ia susun buku-buku itu di sebuah rak kayu yang ia bikin sendiri menggunakan kayu bekas.
"Kalau tidak salah waktu itu hanya sekitar 30 buku. Itu pun buku-buku bekas saat saya masih belajar di pondok," jelasnya.
Ia mengaku tidak kuat untuk membeli buku dalam jumlah banyak sekaligus. Maklum, ia harus menghidupi istri dan dua anaknya dari berjualan jamu. Dalam sehari penghasilannya tidak tentu, terkadang Rp 30.00 hingga Rp 50.000.
Untungnya, banyak teman-temannya yang mendukung cita-citanya membangun sebuah perpustakaan kecil di desanya. Ternyata, foto-foto di facebook Fauzi yang menampilkan perpustakaan dan kegiatann yang dilakukannya banyak dilihat temannya.
Beberapa temannya pun memberikan respon positif, dan ikut menyumbangkan buku-buku bekas.Ada juga, yang menyumbangkan sejumlah uang untuk menambah koleksi buku-buku di Perpustim.
"Waktu itu, ada teman saya yang menyumbang Rp 950.000. Saya belikan buku bekas dan cat. Akhirnya bukunya tambah banyak," terangnya.
Mulai sejak itulah ia semakin bersemangat untuk membesarkan perpustakaan dan menambah koleksi buku-buku di dalamnya. Beruntung beberapa tahun kemudian, ada seorang dermawan yang merasa iba setelah membaca tulisannya di kolom Citizen Reporter di Harian Surya yang berisi tentang Perpustim.
"Mulai sekitar 2013 akhirnya banyak yang ingin membantu. Termasuk pak Jimy dari Surabaya yang membantu menyumbangkan buku dan membelikan sejumlah peralatan. Dia tertarik membantu, setelah membaca tulisan saya di koran," terangnya bangga.
Perlahan-lahan koleksi buku di Perpustim yang dikelolanya semakin bertambah. Masih menurut Fauzi, saat ini sudah terdapat sekitar 6000 buku. Di antarnya buku, mengenai kesehatan, tutorial komputer, cara berteranak, berkebun, wirausaha, hukum, novel, cerpen, pelajaran sekolah, dan beragam jenis buku lainnya.
Ia mengatakan, memang tidak semua warga di desanya tertarik untuk datang ke Perpustim dan membaca buku. Meski demikian, hampir setiap hari ada belasan anak-anak yang datang ke Perpustim untuk membaca buku.
"Memang nggak sampai ratusan setiap hari. Nggak perlu banyak, biar sedikit tapi mereka datang ke sini memang serius untuk membaca buku, saya sudah senang," kat pria bertubuh kurus ini.