Feature

Penjual Jamu Itu Ingin Racuni Pembelinya dengan Buku

"Kalau jualan jamu sudah dari sejak kecil. Ibu saya memang berjualan jamu. Tapi kalau keliling jualan jamu sambil bawa buku sekitar 2011," kata Fauzi

Penulis: Rahadian Bagus | Editor: Rahadian Bagus Priambodo
surya/rahadian bagus priambodo
M Fauzi, penjual jamu asal Sidoarjo ini setiap pagi berkeliling menjajakan jamu sambil membawa buku untuk dipinjamkan gratis. 

Sebagian besar pengunjung Perpustim adalah kalangan ibu rumah tangga dan anak-anak. Biasnya ibu-ibu meminjam buku-buku resep atau buku kesehatan. Sedangkan anak-anak lebih banyak meminjam buku pelajaran dan buku ilmu pengetahuan.

Kini, setiap kali ia beerkeliling berjualan jamu ia membawa turut serta buku-buku dari perpustakaanya. Setiap dua minggu sekali dia mengganti buku-buku yang dibawanya. Terkadang, para pelanggan jamunya sengaja memesan buku yang ingin dibaca. Dengan senang hati, Fauzi mencarikannya dan membawanya untuk pelanggannya.

Fauzi mengatakan, setiap Senin hingga Sabtu ia berjualan jamu di depan pabrik PT Multi Prawn Indonesia (MPI). Para pelanggannya adalah karyawan pabrik pengolahan udang yang berada di Desa Karangbong, Kecamatan Gedangan, Kabupaten Sidoarjo tersebut. Ia biasanya berjualan di depan pabrik mulai pukul 06.30 hingga sekitar pukul 09.00.

Setelah itu ia bergeser pindah ke depan Balai Desa Karangbong. Di tempat itu ia menunggu sejumlah pelanggannya.

Seorang pelanggan jamu Sofi Istiqiah (45) mengaku senang bisa membaca buku gratis. Seminggu sekali, biasanya meminjam satu hingga dua buku. "Ya senang, saya nggak perlu jauh-jauh ke perpustakaan daerah untuk pinjam buku," kata ibu empat anak ini.

Karyawan pabrik yang akrab disapa Sofi ini mengatakan, biasanya selain membeli jamu ia selalu menyempatkan untuk meminjam buku-buku kesehatan. Buku-buku itu, ia baca di rumah, terkadang juga ia baca pada saat jam istirahat di pabrik.

"Kadang di pabrik, kadang dibaca di rumah," terangnya sambil menenteng buku berjudul 'Stroke dan Penanganannya' yang baru ia pinjam.

Fauzi tak hanya menularkan hobi membaca bukunya sambil berkeliling menjajakan jamunya. Namun, dia juga menitipkan buku-bukunya ke sejumlah warung di Desa Karanbong. Ia sengaja meninggalkan beberapa buku diwarung-warung itu agar dibaca para pembeli di warung. Maklum, di Desa itu banyak terdapat kost dan rumah kontrakan tempat para karyawan pabrik tinggal.

"Ada sekitar 10 warung. Saya dibantu teman saya penjual kerupuk untuk mendistribusikan buku-buku ke warung-warung. Dua minggu sekali kami ganti bukunya," katanya.

Dikatakannya, tidak mudah untuk menitipkan buku ke sejumlah warung. Padahal dirinya tidak memungut biaya sama sekali terhadap pemilik warung. Para pemilik warung beralasan, buku-buku tersebut akan memakan tempat di meja, sehingga menganggu para pelanggan warung. Tetapi tidak semua warung menolak.

Hofa (20) seorang pengelola warung di depan pabrik justru senang bila Fauzi menitipkan buku. Sebab, banyak pelanggan di warungnya yang gemar membaca buku. "Ya nggak apa-apa. Tidak menganggu, malah banyak yang senang bisa sarapan dan minum kopi sambil baca-baca buku," katanya.

Sementara itu, pada hari Minggu biasanya ia kerap diundang untuk datang ke sejumlah panti asuhan untuk membawa buku-bukunya, atau dalam kegiatan-kegiatan di kecamatan. "Kadang kalau pas ada kegiatan semisal pameran atau festival saya diundang," imbuhnya.

Halaman
1234
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved