Kriminalitas di Surabaya

Kakek 81 Tahun Menang Duel Lawan 2 Pemuda, Salah Satunya Tewas

@SURYAcoid - “Saya sudah tua. Tidak bisa melawan. Saya hanya diam,” kata kakek 81 tahun itu. Tapi, dia bunuh pemuda berusia 1/3 usianya.

Penulis: Zainuddin | Editor: Yuli
SURYA/AHMAD ZAIMUL HAQ
Tersangka Mukrah (81) dan celurit penghapisan serta balok kayu saat di Mapolres Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya, Rabu (13/5/2015). 

SURYA.co.id | SURABAYA - Mukrah alias Mat Raji (81), warga Jalan Surtikanti, Surabaya, ternyata sakit hati saat duel lawan dua pemuda yang masih tergolong kerabatnya. 

Mat Raji menyerahkan diri ke Mapolsek Semampir usai membacok keponakannya, M Halidi alias Asmat (29), Minggu (10/5/2015) pagi. Mukrah ke Mapolsek diantar tukang becak. 

Saat di markas polisi, 13 Mei 2015, Mat Raji mengaku sering dianiaya Halidi dan saudaranya.

“Saya kan sudah tua. Tidak bisa melawan. Saya hanya diam,” kenangnya. 

Facebook Surya Online

Kakek itu mengaku sesak nafas sejak beberapa tahun ini. Dia lantas minta izin duduk di bangku. Dia pun beberapa kali memegang dadanya.

Mukrah berkisah, penganiayaan terakhir dialaminya sekitar dua bulan lalu. Dia tidak tahu alasan Halidi dan saudaranya menganiaya. Apalagi tersangka dan korban masih ada ikatan kerabat.

Alasan ini pula yang menyebabkan tersangka tidak membalas penganiayaan korban dan saudaranya.

Namun, kakek itu akhirnya tak tahan. Dia melampiaskan kekesalannya pada Minggu (10/3/2015) pagi.

Saat itu tersangka melihat adik korban, Samsul Arifin (19) sedang nongkrong bersama teman-temannya.

Samsul tersinggung melihat tatapan tersangka kepadanya. “Kenapa kamu melihat saya,” ungkap tersangka menirukan Samsul.

Ucapan inilah yang membuat tersangka tersinggung. Apalagi pernyataan itu dikemukakan di hadapan umum. Tersangka langsung pulang dan mengambil celurit.

Awalnya tersangka akan membacok adik korban. Dalam waktu bersamaan, korban melintas di lokasi mengendarai motor.

“Dia (korban, red.) sempat memukul saya menggunakan balok kayu. Entah kenapa kok dia terjatuh,” tambahnya.

Saat korban terjatuh inilah tersangka mengayunkan celuritnya ke tubuh korban. Ujung celurit menancap di dada kiri korban sedalam 10 centimeter.

Korban meninggal dalam perjalanan menuju RS Soewandhi.

Kasatreskrim Polres Tanjung Perak, AKP Aldy Sulaiman menyatakan, sebenarnya tersangka yang melontarkan kata kasar pertama kali.

Saat itu tersangka bertanya alasan Samsul melihatnya. Samsul dengan enteng menjawab bahwa dia melihat tersangka karena memiliki mata.

Alasan inilah yang membuat tersangka tersinggung. Tersangka pulang ke rumahnya di Jalan Irawati untuk mengambil celurit.

Berbekal celurit ini, tersangka kembali mendatangi Samsul. Melihat tersangka membawa celurit, Samsul berlari sampai Jalan Irawati I.

“Saat itu korban melintas di lokasi naik motor, dan bertanya kepada adiknya,” kata Aldy.

Mantan Kasatreskrim Polres Tanjung Perak ini menambahkan, Samsul mengaku tersangka akan membunuhnya.

Tersangka kembali mengayunkan celuritnya ke arah Samsul. Melihat adiknya akan dibunuh, korban mengambil balok kayu di sekitar lokasi.

BACA JUGA » VIDEO - Karapan Sapi Berujung Perang Celurit Massal

Korban mengayunkan balok kayu yang dipegangnya ke tangan kiri tersangka. Tersangka menangkisnya menggunakan tangan kiri hingga penyerangnya justru terjatuh.

Saat korban terjatuh inilah tersangka menghunjamkan celuritnya. “Tersangka membacok korban sekali di dada kirinya,” tambahnya. Duel maut itu pun berakhir tragis. 

Tags
pembunuhan
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved