Kriminalitas di Malang

Usai Obrakan, Pedagang Khawatir Pasar Comboran Makin Sepi

Jika citra buruk tentang pasar onderdil bekas itu menguat, hasil penjualannya juga akan semakin terpuruk.

Penulis: Dyan Rekohadi | Editor: Yuli
SURYA.co.id/Dyan Rekohadi
Anggota Polres Malang Kota saat memeriksa nomor mesin di sebuah kios Pasar Comboran, 5 Maret 2015. 

SURYA.co.id | MALANG - Pedagang onderdil motor dan mobil di Pasar Comboran Malang khawatir obrakan polisi membuat pengunjung pasar makin sepi. Mereka khawatir pengunjung jadi takut mendatangi pasar jika tidak ada pemberitahuan yang benar terkait operasi itu.

Sunardi, pedagang Comboran, mengaku belakangan ini hasil penjualan terus menurun. Jika citra buruk tentang pasar onderdil bekas itu menguat, hasil penjualannya juga akan semakin terpuruk.

"Sekarang sudah sepi terus di sini, beda dengan kondisi tahun 1995 -2000, penjualan masih lancar. Kalau sering-sering operasi polisi begini bisa-bisa orang takut ke sini," keluh Sunardi kepada wartawan, Kamis (5/3/2015).

Sehari-hari Sunardi menunggu kiosnya yang menjual asesoris mobil bekas. Ia mendapatkan barang dagangannya dengan berburu di pasar-pasar loak. Asesoris mobil bekas atau rusak ringan yang dibelinya lalu dipermak dan dipajang untuk dijual kembali.

"Satu hari belum tentu dapat uang. Kalau benar-benar sepi, ya pulang nggak bawa uang," tambah pedagang yang sudah 20 tahun berjualan di kios Pasar Comboran itu.

Keluhan menurunnya jimlah pengunjubg pasar Comboran juga disampaikan Amin, penjual onderdil mesin mobil. Warga Kota Lama itu menilai, kondisi pasar selama ini adem ayem. Tidak ada kondisi khusus yang bisa mendongkrak penjualan.

"Dari beberapa tahun kondisinya ya tetap aja, rata-rata terus," kata pria yang sudah menekuni usaha jual beli onderdil di tempat sama selama 23 tahun itu.

Amin biasanya membeli mobil hasil pelelangan bank atau lembaga pembiayaan untuk diambil bagian yang bisa dijual. Sebagai pedagang kecil ia hanya mampu membeli mobil-mobil tua dan mobil rusak habis tabrakan.

"Belinya ya nggak tentu harganya, yang murah bisa Rp 7 juta, tergantung kondisi mobilnya juga, apa masih banyak bagian yang bisa dipakai atau tidak," papar Amin.

Ia mengaku selama ini selalu membeli mobil secara legal. Ia juga terus menyimpan surat-surat mobil yang dibelinya. Hal itu ditunjukkannya saat petugas memeriksa kiosnya, Kamis (5/3/2015) siang.

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved