Lilin untuk Arwah
ribuan lilin dinyalakan di tempat-tempat yang diyakini sebagai tempat berkumpul para arwah.... #25TahunSURYA
Oleh : ADRIANUS JEFRI LOPES
Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Tribhuwana Tunggadewi (Unitri) Malang
AWAL bulan November, tepatnya tanggal 2 November 2014 lalu sebagian besar warga di Kabupaten Belu, Nusa Tenggara Timur (NTT), ramai memeringati hari yang diyakini sebagai hari arwah. Kebanyakan mereka mendatangi tempat pemakaman umum dan tempat-tempat leluhur untuk membakar lilin untuk mendoakan arwah saudara dan leluhur mereka yang telah meninggal dunia.
Dalam kegiatan unik tak lupa warga juga mempersiapkan sesajen berupa seekor ayam jantan berbulu merah sebagai kurbannya. Mereka juga membersihkan tempat pemakaman keluarga dan leluhur serta tempat-tempat lainnya yang dianggap sakral.Kebiasaan ini sudah menjadi budaya atau tradisi karena hanya aktivitas tersebut hanya dirayakan setahun sekali.
Khusus pada hari itu di tempat-tempat leluhur akan diadakan suatu ritual khusus oleh para ketua adat atau kepala suku. Kemudian akan diteteskan darah kurban dengan cara disembelih di dekat tempat leluhur dimakamkan sebagai rasa hormat kepada nenek moyang atau para leluhur.
Salah satu tempat yang menjadi favorit ritual ini adalah di benteng Makes yang berada di Desa Dirun, Kecamatan Lamaknen Selatan, Kota Atambua, Nusa Tenggara Timur (NTT). Benteng Makes, adalah benteng peninggalan Belanda yang berlapis tujuh yang oleh masyarakat setempat diyakini sebagai tempat arwah para leluhur atau nenek moyang mereka dimakamkan.
Tempat ini akan ramai dan padat pada sore hari ketika hari arwah tiba. Dari kejauhan akan terlihat cahaya lilin-lilin yang terbaris rapi di area sekitar benteng Makes. Sebenarnya momen ini menarik wisatawan untuk berkunjung menyaksikan budaya adat yang unik di sana karena rituil membakar lilin untuk arwah leluhur ini terbuka untuk umum.
Uniknya lagi, perayaan hari arwah ini sebenarnya tidak hanya dilakukan di daerah saja. Warga Belu, NTT yang berada jauhd ari kampung halaman pun bisa juga melakukan upacara hari arwah. Seperti yang dilakukan para mahasiswa asal NTT yang menempuh pendidikan di Kota Malang.
Mereka tetap menjaga tradisi perayaan hari arwah meskipun sebatas menyalakan lilin di rumah kos dan atau di tempat pemakaman umum kristiani. Dengan membakar lilin selain mendoakan bagi mereka yang telah meninggal, mereka juga meminta perlindungan leluhur.