Terapis Masudin Kedatangan 3Pasien Tuna Rungu dari Arab Saudi
Melalui Samti itulah Ibrahim sekeluarga lantas terbang ke Jombang
Penulis: Sutono | Editor: Satwika Rumeksa
SURYA Online, JOMBANG-Masih ingat Masudin, terapis gangguan pendengaran dengan pijat saraf telinga, yang kebanjiran 'pasien' setelah mendapat penghargaan dari Museum Rekor Indonesia (Muri) Oktober 2012?
Meski proses izin praktiknya dari Dinas Kesehatan (Dinkes) Pemprov Jatim masih terkatung-katung, namun Warga Dusun Ketanen, Desa Banyuarang, Kecamatan Ngoro, Jombang, ini tetap kebanjiran warga yang mencari kesembuhan dari kondisi gangguan pendengaran.
Bahkan tiga warga Saudi Arabia mendatangi kediamannya, guna mendapatkan terapi dari Masudin, Selasa (12/8/2014). Tiga warga Saudi yang merupakan satu keluarga kakak-beradik pasien itu menjalani terapi karena sejak lahir nyaris tidak bisa mendengar.
Ketiganya Abdullah Ibrahim (15), Yazid ibrahim (13), dan Muhammad Ibrahim (5). Kakak-beradik datang itu diantar kedua orang tua, Ibrahim Abdullah (52) dan Munirah (48), serta Samti (45) pembantu rumah tangga keluarga tersebut, yang berasal dari Sragen Jawa Tengah.
Selanjutnya, tiga warga Arab itu menjalani terapi ala Masudin. Yakni, memijat bagian kepala (dekat) telinga secara bergiliran. Tidak kurang dari lima menit, ketiga bocah berhidung mancung dites dengan cara dipanggil namanya dari jarak sekitar lima hingga 10 meter.
Saat dipanggil namanya, para pasien itu mengacungkan tangan. Tes itu dilakukan berulang-ulang. Bahkan saat diminta menirukan sebuah kata dalam Bahasa Jawa, ‘Inggih’, Abdullah, salah satu pasien, langsung menirukannya.
Begitu mengetahui itu, senyum langsung mengembang dari bibir Ibrahim Abdullah, sang ayah. "Saraf pendengarannya sudah mulai terbuka, sehingga yang bersangkutan bisa mendengar suara," kata Masudin usai melakukan terapi.
Masudin menjelaskan, untuk memulihkan kondisi pendengaran tiga bocah Arab tersebut, diperlukan tiga hingga delapan kali terapi. Selain itu, juga dilatih secara rutin dengan terapi wicara.
Jika itu dilakukan secara intensif, maka dalam jangka satu hingga dua tahun, pendengaran tiga bocah itu bisa normal. "Mereka sudah bisa mendengar tanpa menggunakan alat bantu dengar," ungkap penerima Masudin.
Ibrahim Abdullah, ayah dari tiga remaja itu mengatakan, anaknya mengalami tuna rungu sejak lahir. Oleh dokter, tiga bocah tersebut diwajibkan menggunakan alat bantu dengar.
“Karena jika tidak menggunakan alat, maka mereka tidak bisa mendengar sama sekali,” kata Ibrahim, dalam Bahasa Arab yang diterjemahkan oleh pembantunya yang TKI, yakni Samti.
Melalui Samti, Ibrahim berkisah, dirinya mengetahui perihal adanya terapi saraf telinga itu berawal ketika dirinya membuka internet. Dari situ dia mengatahui di Jombang, Indonesia ada ahli terapis tuna rungu.
Kebetulan pula, keluarga Ibrahim memiliki seorang pembantu rumah tangga asal Sragen, Jawa Tengah, bernama Samti. Melalui Samti itulah Ibrahim sekeluarga lantas terbang ke Jombang untuk mencari kesembuhan bagi ketiga anaknya itu.
"Kalau terapi terbukti sukses, maka akan banyak lagi warga Arab yang akan datang ke sini (Jombang). Mudah-mudahan saja, Allah memberi kesembuhan bagi ketiga anak saya," kata Ibrahim yang tinggal di Riyadh, ibu kota Arab Saudi ini.
Diberitakan sebelumnya, sejak mendapat penghargaan dari Muri sebagai penyembuh tuna rungu tercepat dengan cara buka saraf telinga Oktober 2012, Masudin kebanjiran warga yang hendak mencari kesembuhan dari kondisi gangguan telinga yang diidapnya.
Puluhan orang datang di rumahnya setiap hati, guna diterapi. Mereka rata-rata dari luar Jombang, bahkan luar Jatim. Berdasarkan data pendaftar, antrean warga yang hendak diterapi sudah sampai pada Mei 2015.