Liputan Khusus Ancaman Gunung Berapi
Tradisi Warga Dielaborasi Dengan Pengetahuan Ilimah
Warga meyakini akan terjadi malapetaka kalau pembersihan dilakukan sebelum ada ritual yang dipimpin tetuah mereka.

News Analysis
Dwi Joko Nurjayadi
Kepala BPBD Kabupaten Probolinggo
SURYA Online, PROBOLINGGO - Pengetahuan kegunungapian yang diwariskan secara turun temurun juga menjadi pedoman mereka.
Misalnya, letusan Bromo yang memuntahkan batuan pijar dan debu vulkanis tidak akan menjangkau pemukiman mereka. Batu pijar hanya akan jatuh di kawasan lautan pasir.
Sedangkan abu vulkanis malah mereka anggap sebagai berkah. Mereka malah menunggu ada abu vulkanis yang menyelimuti tanah pertanian mereka.
Bagi warga, abu menjadi pupuk yang menyuburkan. Hasil pertanian mereka menjadi berlimpah dan mengangkat ekomoni keluarga.
Ada tradisi unik lainnya di kalangan warga Tengger.
Di Ngadirejo misalnya, saat erupsi 2010, warga tidak berani membersihkan abu vulkanik yang menumpuk di atap rumah mereka.
Warga meyakini akan terjadi malapetaka kalau pembersihan dilakukan sebelum ada ritual yang dipimpin tetuah mereka.
Tradisi-tradisi inilah yang perlu kami pelajari. Bukan ditentang, tapi dilogikakan agar warga menerima kami.
Pengetahuan warga tersebut harus kami elaborasi dengan tinjauan ilmiah.
Kami melihat aktivitas Bromo melalui peralatan canggih, seperti seismograf.
Indikatornya juga jelas dan bisa dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
Tugas kami, menerjemahkan pengetahuan ini ke dalam bahasa warga yang lebih sederhana. Kemudian dipadukan dengan pengetahuan mereka selama turun temurun.
Harapannya, warga mematuhi kami agar ’nol korban jiwa’ bisa kita capai.
Untuk sensor early warning system yang hilang, kami juga sudah berkoordinasi dengan aparat kepolisian dan TNI.