Terminal Caruban Mati Suri
Kondisi terminal Caruban yang bangunannya tergolong megah dan besar di pinggir JL Raya Surabaya - Madiun tampak mati suri.
Penulis: Sudarmawan | Editor: Heru Pramono

SURYA Online, MADIUN - Kondisi terminal Caruban yang bangunannya tergolong megah dan besar di pinggir JL Raya Surabaya - Madiun tampak mati suri. Pasalnya, tidak ada geliat pendongkrak perkembangan perekonimian juga tak ada penumpang yang naik maupun turun di dalam terminal milik Pemkab Madiun ini.
Kondisi ini berbeda 360 derajat jika menilik pada Terminal Purbaya Kota Madiun dan Terminal Nganjuk yang tergolong sebagai 2 terminal tetangga dari terminal Caruban. Sebab, di terminal Purbaya Kota Madiun dan Terminal Nganjuk banyak aktivitas pedagangan asong, penumpang berjubel serta sejumlah pertokoan di dalam terminal dibuka berbagai usaha.
Sedangkan di terminal Caruban, dari sebanyak 12 kios dan pertokoan yang ada di dalam terminal itu, hanya sebanyak 5 toko yang hidup geliat usahanya. Yakni terdiri dari warung dan para penyedia jasa tiketing.
Ratusan bus Antar Kota Antar Propinsi (AKAP) dan Antar Kota Dalam Propinsi (AKDP) serta sejumlah angkutan antar desa tidak ada yang berhenti di terminal dengan perlengkapan yang memadai itu. Para kru bus dan angkutan hanya berhenti dan masuk ke terminal ini untuk membayar peron (retribusi) sebagai angkutan umum saja. Disamping itu, tidak pernah ada penumpukan penumpang di dalam terminal itu.
Kondisi ini memicu bus dan angkutan umum lainnya, tidak ada yang pernah mengambil penumpang dari dalam terminal itu.
"Kami masuk hanya karena kewajiban membayar peron saja. Kalau tidak ada kewajiban itu, kami tidak akan masuk terminal yang sepi dan tampak mati suri itu. Karena kami sendiri tak pernah mendapatkan penumpang jika masuk terminal Caruban," terang salah satu kru bus AKAP, Sudaryono (45) kepada Surya, Rabu (11/9/2013).
Hal yang sama disampaikan salah satu kru bus AKDP, Jumali (51). Menurutnya, meski terminal bus Caruban ada di pusat Ibu Kota Pemerintahan Kabupaten Madiun tetapi tidak pernah ada penumpang yang masuk. Bahkan, ruang tunggu penumpang hampir setiap saat selalu sepi dan tak ada pengunjungnya sama sekali, terkecuali orang istirahat tidur-tiduran di bangku ruang tunggu itu.
"Kalau kami daripada berhenti (ngetem) di terminal Caruban lebih baik berhenti di pojokan pasar Caruban yang lebih jelas ada penumpangnya," ucapnya.
Bahkan dari tahun ke tahun dan setiap kali Kepala Dinas Perhubungan Pemkab Madiun berganti orang, tidak pernah ada program yang menghidupkan dan mendongkrak untuk menaikkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dari terminal Caruban itu.
Kendati demikian, Kepala Dinas Perhubungan Pemkab Madiun, Wijanto Djoko Purnomo mengaku jika PAD di terminal Caruban Madiun terus ditargetkan mengalami kenaikan Rp 10 juta per tahun. Dia membeberkan untuk PAD terminal Caruban Tahun 2012 Rp 138,29 juta dan ditargetkan naik menjadi Rp 148,39 juta atau mengalami kenaikan Rp 10,09 juta (7,3 persen) per tahun.
"Kalau upaya kami meningkatkan PAD terminal Caruban salah satunya mengharuskan bus AKDP Ngawi-Caruban masuk terminal serta melarang bus AKDP dan AKAP menaikkan dan menurunkan penumpang selain di halte (pemberhentian) dan terminal itu," katanya.