Arus Mudik

Tenda PKL Ramaikan Arus Mudik Jalur Pantura

Tak hanya untuk mencari keuntungan saja, dengan membuka bengkel selama 24 jam kehadiran Budiharso juga mencari amal.

Penulis: Adrianus Adhi | Editor: Satwika Rumeksa
zoom-inlihat foto Tenda PKL Ramaikan Arus Mudik Jalur Pantura
Puluhan tenda warung PKL berjejeran di Jalan RE Martadinata, Kota Tuban menyambut pemudik, Selasa (6/8/2013) siang.

SURYA Online, TUBAN-Jalanan Pantai Utara (Pantura) yang terbentang mulai dari Gresik, Lamongan dan Tuban, Jawa Timur merupakan jalan yang selalu padat dilewati para pemudik.

Kesempatan itu lantas dimanfaatkan oleh para pedagang kaki lima (PKL) untuk mendirikan warung dadakan selama berlangsung arus mudik dan arus balik lebaran.

Di jalur Pantura Kabupaten Tuban misalnya, puluhan tenda baru PKL berderetan mulai dari Kecamatan Bancar, Kecamatan Jenu, Kecamatan Kota Tuban hingga ke perbatasan Tuban-Lamongan.

Di sana mereka berjualan aneka rupa minuman, makanan serta ada juga yang menjual panganan khas Tuban seperti Legen, buah Siwalan, serta Wingko yang merupakan khas daerah Babat, Lamongan. Warung-warung disini buka setiap pagi hingga malam hari, serta ada juga yang membukanya selama 24 jam.

Salah satu PKL yang membuka warung dengan memanfaatkan momen arus mudik ini adalah Endang (34), warga Kota Tuban. Ia berjualan bakso, serta minuman es kelapa muda di Jalan RE Martadinata, Kota Tuban sejak lima hari lalu.

Warung yang cukup sederhana itu diakuinya cukup ramai saat ini. "Alhamdulilah selalu ramai warung saya, banyak pembeli yang datang terutama menjelang waktu berrbuka," aku Endang.

Endang yang sudah lima tahun membuka warung saat mudik ini mengaku bisa menjual 50 porsi dalam sehari. Dengan harga seporsi mencapai Rp 7.000 tentu, serta tambahan dari penjualan minuman kemasan yang siap melepas dahaga para pemudik, tentunya Endang bisa mengeruk rupiah dengan jumlah yang lumayan. "Rata-rata dalam sehari saya dapat keuntungan bersih Rp 200.000," katanya.

Di samping kanan warung Endang, adapula yang menjual makanan pecel, serta soto. Mereka juga mengaku sering disinggahi pemudik ketika waktu berbuka tiba. "Warung kami hanya buka sampai jam sembilan malam," kata Edi Prasetyo (38), pedagang pecel di samping Endang.

Para PKL di sini tak hanya berjualan makanan saja. Diantara mereka ada yang membuka jasa perbengkelan selama 24 jam. Seperti yang dilakukan oleh Budiharso (39) di Jalur Pantura, di Desa Widang, Kecamatan Widang. Dia membuka jasa pompa serta tambal ban, dan menjual bensin eceran.

"Saya membuka jasa ini karena bengkel disini belum banyak. Dan dari pengalaman tahun lalu membuka tenda kami selalu ramai," aku pria yang tinggal tak jauh dari bengkelnya itu.
Menurut Budiharso, keuntungan perminggu bengkel dadakannya itu mencapai angka Rp 300.000. Jumlah ini cukup besar dibanding hari-hari biasanya.

Tak hanya untuk mencari keuntungan saja, dengan membuka bengkel selama 24 jam kehadiran Budiharso juga mencari amal. Selain diminta bantuan sebagai penunjuk jalan, Budiharso juga seringkali mendorong mobil yang mogok.

Tak jarang juga pria beranak dua itu juga ikut menolong korban kecelakaan lalu lintas di sekitar lokasi bengkelnya. "Kalau kecelakaan disini tak begitu parah, kebanyakan karena pengendaranya lalai atau kurang konsentrasi. Apalagi beberapa hari terakhir cuacanya sangat panas," kata Budiharso.

Harus diakui, keberadaan para pedagang, serta bengkel 24 jam ini sangat menguntungkan pemudik. Kendati arus lalu lintas juga sering macet karena para pengemudi memarkir kendaraan mereka sembarangan di depan warung, namun berkat para pedagang inilah masalah selama perjalanan seperti haus, lapar, serta ban bocor bisa teratasi dengan cepat.

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved