Dijuluki Kampung Seng

Penulis: Heru Pramono |

Salah satu pecahan dari kawasan Sidotopo adalah Kampung Sidodadi. Kampung yang sebagian besar wilayahnya berada di belakang gedung eks Seksi 5 atau Polres Surabaya Timur ini penuh sesak dengan permukiman.

Lokasi Kampung Sidodadi sendiri berada di dalam kepungan kampung - kampung lainnya.

Di bagian utara ada Kampung Simolawang di sisi timur ada Simokerto di selatan ada Kapasan dan di barat ada Sidotopo.

Bila belum mengetahui kawasan ini, memang cukup sulit untuk menemukan Kampung Sidodadi ini. Paling mudah adalah mencari Pasar Kapasan. Pasar grosir yang murah ini berada di wilayah Sidodadi.

“Kalau sudah ketemu Pasar Kapasan tinggal masuk lewat Kampung Seng, terus saja nanti ketemu Kampung Sidodadi,” terang Tutut Handayani warga Sidodadi.

Sebelum menjadi wilayah sendiri, Kampung Sidodadi ini masih satu lingkungan dengan Sidotopo, seperti halnya  kampung lainnya, Simokerto, Simolawang dan Kapasan, karena itu di kawasan Sidodadi ini ada juga kampung Sido Kapasan.

“Ya karena kawasan itu dulunya ikut Kapasan sekarang masuk wilayah Sidodadi dan sekarang dinamakan Sido Kapasan.

Mayoritas warga yang berdiam di Sidodadi ini cukup beragam, mulai dari warga asli Surabaya, Madura, Arab dan Tionghoa. Bahkan di sini ada satu kawasan yakni Kampung Seng, dulunya dikenal sebagai perkampungan China.

Subhan warga Sidodadi lainnya mengatakan, dinamakan Kampung Seng karena dulunya mayoritas rumah warga di kampung ini menggunakan seng sebagai atapnya.

“Di Kampung Seng ini dulu adalah rumah petak-petak yang memanjang, pemiliknya sebagian besar adalah warga Tionghoa,” paparnya.

Sekarang sebagian rumah itu masih ada, hanya saja sudah banyak yang kosong karena ditinggal pemiliknya.

“Pemiliknya sudah tua dan sebagian ikut anaknya jadi rumahnya sekarang kosong,” tambahnya.

Geliat kehidupan warga di Kampung Sidodadi cukup dinamis, tampak di sepanjang Jalan Sidodadi, warga membuka usaha jual beli barang bekas. Demikian halnya warga yang berada di dalam gang. Mereka membuka usaha apa saja seperti membuat rempeyek kacang dan jamu tradisional.

“Warga ini memanfaatkan lokasi Pasar Kapasan yang berada tidak jauh dari pemukiman mereka, rempeyek dan jamu tradisional itu dijual dan dititipkan ke Pasar Kapasan,” ujar Endah Sriwulan, Lurah Sidodadi.

Menurutnya warga Sidodadi ini cukup mudah untuk diajak berkoordinasi mengembangkan dan memajukan kampung. Hanya saja masalah kebersihan masih menjadi prioritas utama yang perlu mendapat perhatian.

“Masalah kebersihan ini masih sulit, kemungkinan karena mayoritas warga sibuk, kerja dari pagi sampai malam,” terangnya.

Suasana Kampung Sidodadi sendiri cukup religius, ada tiga masjid, sebuah lembaga pendidikan Ilmu Al Quran dan sebuah panti asuhan di kawasan ini.

Jika siang hari berkunjung ke Kampung Sidodadi maka akan terdengar suara orang mengaji Al Quran secara bersahutan. Begitu pula setiap ada hajatan lantunan ayat Al Quran ini pasti tidak akan ketinggalan.iit

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved