Tukang Ojek dan Becak Ikut Kecipratan Rezeki Subandi
Penulis: Heru Pramono |
TULUNGAGUNG l SURYA Online- Sejak dua kali diberitakan Surya tentang profesi sampingannya, Subandi kebanjiran pasien. Nama guru sebuah SMP negeri di Trenggalek yang punya keahlian mengobati kejantanan pria ini semakin dikenal luas. Tukang ojek dan tukang becak pun turut mengecap rezeki dari tamu-tamu Subandi.
Narko (43) misalnya, salah satu tukang ojek di Terminal Trenggalek, setiap hari kini setidaknya mengantarkan tiga penumpang ke rumah Subandi, Desa Salamrejo RT15/RW6, Kecamatan Karangan. Meski diakui dulunya ada saja penumpang yang minta diantar ke rumah Subandi, namun tidak sebanyak sekarang.
Kepada setiap penumpang, Narko mengenakan tarif Rp 30.000 untuk antar dan jemput dari terminal. Dalam sehari, ada kurang lebih 20 calon pasien Subandi yang minta diantar. Para penumpang tersebut lalu dibagi secara merata oleh tukang ojek di Terminal. “Lumayan sekarang rezekinya. Setiap hari selalu ada penumpang yang minta antar dan jemput ke rumah Pak Bandi,” katanya.
Begitu pula tukang becak di pertigaan Jarakan, yang jaraknya sekitar 3 km dari rumah Subandi. Padahal pertigaan Jarakan lebih jauh dari rumah Subandi. Yasminto (45), salah satu tukang becak di pertigaan Jarakan mengatakan, setiap hari mengantar rata-rata dua penumpang ke rumah Subandi. Sama seperti Narko, untuk antar tunggu dan membawa kembali ke Jarakan, tarifnya Rp 30.000.
Di depan rumah Subandi kini selalu ada saja kendaraan parkir. Subandi sendiri kini tak kalah sibuknya. Meski biasa melayani tamu setelah pulang mengajar, sekitar pukul 13.00 WIB, namun sejak pukul 10.00 WIB sudah ada yang antre.
Lantaran diberitakan Surya, ponsel Subandi juga tak henti-hentinya berdering. Menurut bapak empat anak ini, ada ratusan telepon dan SMS minta janjian maupun sekadar bertanya. Lantaran terlalu banyak yang berusaha menghubungi, Subandi juga membatasi diri mengaktifkan teleponnya. “Kalau saya nyalakan terus ada ratusan SMS dan telpon yang masuk,” ujarnya.
Sebenarnya tidak hanya Subandi yang kewalahan menerima telepon dari para calon pasiennya. Kantor Redaksi Harian Surya juga banyak menerima telepon yang menanyakan alamat Subandi, sejak berita tentang profesinya itu dimuat.
Meski kebanjiran pasien, Subandi tetap rendah hati. Tidak sekalipun dia menentukan tarif. Amplop-amplop pemberian oran-orang yang sudah diobatinya dikumpulkan dan hanya sebagian dibuka.
Dengan terus terang Subandi juga menunjukkan beberapa amplop yang hanya berisi beberapa lembar uang ribuan. “Karena niat saya menolong, akan tetap saya terima,” katanya dengan senyum.
Ada beberapa tamu yang dianggap istimewa bagi Subandi. Di antaranya, seorang androlog asal Universitas Airlangga Surabaya yang berniat belajar kepadanya. “Siapa, saya sampai androlog mau berlajar pada saya. Saya sungguh tersanjung,” ucapnya.
st37

Rekomendasi untuk Anda