Warga Kediri Gandrung Codot Goreng
KEDIRI - Surya- Selain daging bekicot, warga Kediri kini lagi gandrung dengan masakan daging codot (Cynopterus sphinx). Konon selain lebih gurih, juga diyakini dapat meningkatkan vitalitas pria.
Kuliner baru di Kediri itu makin lengkap menyusul makin banyaknya warung menyediakan masakan daging codot goreng atau disebut masakan 49. Warung codot goreng menjamur, meski belum sebanyak warung daging bekicot.
Beberapa warung di Kediri yang menyediakan daging codot, di antaranya, di Semampir, Kandat, dan Banyakan. Jika bekicot disebut masakan 02, masakan codot disebut 49. Penamaan itu sesuai nomor binatang codot pada `kitab` toto gelap (togel) 1001 mimpi.
Warung-warung yang menyediakan masakan codot itu memiliki penggemar tetap yang tiap hari bertambah. Hanya saja peningkatan jumlah konsumen belum diimbangi dengan ketersediaan stok daging codot. Selama ini warung-warung hanya mengandalkan kiriman dari pencari codot di alam bebas.
Seperti warung codot goreng di Desa Manyaran, Kecamatan Banyakan, dalam sehari rata-rata hanya mampu menyediakan daging codot 2 – 4 kg. Sulitnya mencari daging codot menjadi kendala untuk meningkatkan omzet. Satu daging codot goreng biasa dijual Rp 2.000 per potong.
Daging codot diperoleh dari hasil menjaring di sejumlah tempat. Pencari codot biasanya menempatkan jaring pada malam hari di tempat yang biasa dilalui kawanan codot.
“Belum tentu setiap hari warung kami dikirimi daging codot. Karena selain semakin sulit mencarinya, munculnya codot juga musiman,” ungkap Arif, Sabtu (20/11).
Jumlah kiriman codot paling banyak saat sedang musim buah mangga. Sebaliknya, jika tidak musim buah, kiriman codot pasti lesu.
Sementara itu, sejumlah konsumen daging codot mengakui rasa daging ini selain lebih gurih, dagingnya juga tidak alot. Bahkan ada yang percaya dapat meningkatkan vitalitas. “Digoreng saja rasanya sudah enak, apalagi kalau dimasak krengsengan,” ungkap Witanto.
Lain lagi penjelasan Umar, 35, yang mengaku cukup lama mengonsumsi daging codot. Ia merasakan perbedaan dibanding daging lainnya. “Serat daging codot sangat halus, sehingga mudah dicerna. Selain itu juga membuat badan lebih segar dan lebih greng,” ungkapnya.
Umar menduga daging codot lebih enak serta dapat meningkatkan vitalitas karena makanan codot adalah buah-buahan terpilih yang benar-benar matang secara alamiah. “Kalau ada pisang dan mangga yang dimakan codot, pasti buahnya sudah matang dan rasanya paling enak,” ungkapnya memberikan perumpamaan.
Cara memasak daging codot juga tidak terlalu ribet. Setelah dipotong-potong, kemudian dipisahkan antara badan dan kedua sayapnya. Untuk menghilangkan bulu-bulu lembutnya, cukup dilakukan dengan memanasinya di atas bakaran arang. Setelah dicuci, daging codot direbus hingga matang, baru kemudian dimasak krengsengan atau digoreng.
Ustad Darul Azka dari Dewan Rais Lajnah Bahtsul Masail Pondok Pesantren (Ponpes) Lirboyo saat dikonfirmasi Surya berpendapat, maraknya warung yang menyediakan masakan daging codot merupakan fenomena umum. Masyarakat sendiri tidak banyak yang mengetahui pertimbangan hukum agama terkait mengonsumsi daging codot.
Diakuinya, dari hasil pembahasan forum bahtsul masail di Ponpes Lirboyo beberapa tahun silam mendapatkan kesimpulan bahwa daging codot hukumnya haram dikonsumsi. Pertimbangan dari perspektif Fiqih Safiiyah, binatang codot tidak layak dikonsumsi karena tidak lazim dimakan.ndim
Berita Terkait