Engkos Perkasa, Pembuat Gitar Akustik dan Elektrik, Lepas Profesi Guru Jadi Tukang Reparasi

Surabaya - SURYA-Jangan salah. Gitar merek Koz yang digandrungi musisi papan atas bukan gitar impor. Itu gitar asli buatan Surabaya. Dewa Bujana, gitaris band Gigi, angkat jempol untuk kualitas gitar buatan Engkos Perkasa, 52. Banyak gitaris dari band anak-anak muda yang sedang naik daun juga memesan gitar buatan Gayungsari ini. Koz yang dicomot dari penggalan nama Engkos sudah menembus pasar Australia dan Belanda. Tak cuma menghasilkan gitar kualitas atas, nama Engkos juga tersohor sebagai tukang reparasi gitar berharga tinggi. Yang membedakan dengan gitar lain yang dijual di toko, buatan Engkos tak pernah massal. “Setiap gitar bentuknya dibuat sesuai rancangan pemesan. Jadi tidak ada yang sama,” kata Engkos. Dia mematok harga mulai dari Rp 4 juta hingga Rp 8 juta untuk gitar elektrik yang biasa didekap musisi kita. “Membuat gitar elektrik yang standar seperti buatan Vender (salah satu merek gitar impor) kira-kira butuh satu bulan,” jelas Engkos. Ongkos lebih mahal dipatok pada pembuatan gitar jenis akustik yaitu mulai Rp 15 juta hingga Rp 25 juta. Harga tinggi menurutnya memang konsekuensi dari kualitas bahan pilihan yang digunakan. Hampir semua bahan baku utama diimpor. Dulu dia harus pesan sendiri tetapi kini banyak importir yang menyediakan bahan-bahan kayu gitar. Dia punya patokan, untuk top atau bagian depan dari kayu spruce (AS), bagian back (belakang) dan side (pinggir) dari kayu pohon brazilian rose wood sejenis kayu sonokeling dari Brasil. Sementara batang gitar terbuat dari kayu mahoni. “Pemilihan bahan sangat memengaruhi kualitas suara yang dihasilkan,” jelas Engkos. Selain bahan baku yang mahal karena impor, harga tinggi yang dipatok sebagai bentuk penghargaan terhadap jasa pembuat gitar. Biaya reparasi gitar juga tidak murah, yang paling sering misalnya biaya memasang fred (ruas pembatas) dikenai Rp 400.000. Kemudian biaya cat ulang dipatok Rp 650.000. Kini Engkos tak hanya membuat gitar akustik dan elektrik. Pesanan merembet ke berbagai alat musik seperti lute, celo, biola, hingga contra bass yang terbilang masih jarang digunakan. Tetapi dia pernah menolak pesanan harp guitar, gabungan gitar dan harpa, pesanan musisi jazz Iwan Hasan. Tingkat kesulitannya sangat tinggi dan bahan pembuatnya tidak mudah didapat. Profesi ini sebenarnya tak jauh-jauh amat dari keseharian alumnus Fakultas Hukum Universitas Airlangga ini. Keluarganya pecinta musik. Melihat seisi rumah gandrung bermusik, dia bercita-cita ingin membuat alat musik sendiri. Engkos sebenarnya sudah mapan sebagai guru gitar di salah satu sekolah musik ternama. Profesi ini digeluti sejak 1977 hingga 2002. Tetapi profesi yang sudah dilakoni 25 tahun itu dilepas. Dia memilih berguru pada Witirto, salah satu pembuat gitar legendaris di Jakarta. Menjadi pembuat gitar dan reparasi (perbaikan) memang obsesi masa kecilnya. Meski menghabiskan ratusan juta rupiah untuk membeli peralatan workshop (bengkel), Engkos yakin masa depan usahanya menjanjikan. “Sekarang sudah balik modal,” aku Engkos. Kini dibantu oleh dua pegawainya, Engkos mengerjakan seluruh proses pembuatan gitar di perumahan AD Gayungsari. Mulai dari pemilihan bahan, memotong kayu, mengukir, merangkai setiap bagian hingga pengecatan gitar dilakukan di tempat ini./Yudie Thirzano
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved