Dugaan Berdasarkan Kesaksian Warga, Pesawat Jatuh Karena Mur Copot
Magetan - Surya-Kecelakaan pesawat Hercules C-130 milik TNI AU di Desa Geplak, Kecamatan Karas, Kabupaten Magetan (20/5) yang menewaskan 101 orang, memunculkan berbagai spekulasi. Sejumlah saksi mata menduga jatuhnya pesawat itu, selain karena berusia tua, juga disebabkan kemungkinan copotnya sejumlah mur pesawat, sebelum akhirnya meledak dan jatuh.
Keterangan yang dihimpun Surya di kawasan sekitar TKP, Rabu (20/5) hingga Kamis (21/5), menguatkan dugaan tersebut. Sejumlah warga mengaku menemukan sejumlah mur pesawat tersebut berjatuhan di Desa Gebyok dan Desa Patihan, Kecamatan Karangrejo, Kabupaten Magetan. Lokasi jatuhnya sejumlah mur ini berada sekitar 2 kilometer dari jatuhnya pesawat di Desa Geplak, Kecamatan Karas.
"Sebelum pesawat sempat menukik ke bawah dan naik lagi hingga meledak, warga Desa Patihan banyak yang menemukan mur pesawat tersebut berjatuhan," kata Agus, 36, warga Desa Patihan, Kecamatan Karangrejo.
Agus tidak bisa memastikan mur bagian mana di pesawat itu yang berjatuhan. Yang jelas, setelah itu pesawat oleng dan terbang menurun hingga mengenai pohon jati setinggi sekitar 14 meter yang ada di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Desa Geplak. Setelah itu pesawat mengenai pepohonan dan rerimbunan pohon bambu.
Setelah itu sayap pesawat jatuh mengenai dua rumah warga milik Syamsuddin, 44, dan Parmo, 52, warga RT 03/RW 02 Desa Geplak. Sekitar 500 meter kemudian, pesawat menimpa dua rumah warga lainnya di wilayah RT sama. Yakni rumah pasangan suami istri Sulasmin, 45, dan Katemi, 35, hingga menyebabkan anak kedua pasangan ini, Arief Wahyudi, 14, tewas, sedangkan Sulasmin masih kritis. Selain itu pesawat juga menimpa rumah pasangan suami istri Rusmin, 47, dan Sumiati, 43, hingga Sumiati juga tewas, bahkan separo rumahnya rata dengan tanah.
"Saya masih tidak berani melihat kondisi rumah saya karena anak dan suami saya meninggal akibat musibah ini," terang Katemi didampingi anak pertamanya, Agus Marzuki, 16. Katemi lolos dari maut karena saat itu sedang ke pasar, sedangkan Agus Marzuki sedang sekolah.
Setelah menabrak beberapa rumah, pesawat yang berangkat dari Halim Perdana Kusuma berpenumpang 112 orang, termasuk 12 kru serta pilot dan co pilot itu kemudian meledak dan jatuh di persawahan warga setempat. Akibat ledakan itu, pesawat jatuh dalam kondisi bodi patah menjadi dua bagian.
Hingga kemarin, jumlah korban tewas mencapai 101 orang, terdiri 99 penumpang pesawat dan dua warga setempat. Korban tewas termasuk Marsma Harsono (Panglima Komando Sektor Pertahanan Udara Nasional/Pangkosekhanudnas IV Biak Irian Jaya, bersama istrinya, Ny Deti.
"Jadi, 99 meninggal yang berada di pesawat dan 2 meninggal dari penduduk. Jadi jumlahnya 101," ujar Kepala Dinas Penerangan (Kadispen) TNI AU Marsma Bambang Sulistyo, Kamis (21/5). Menurut Bambang, korban luka-luka berjumlah 15 orang yakni 13 penumpang yang selamat dan 2 penduduk setempat.
Hingga Kamis sore, seluruh korban tewas telah dievakuasi, termasuk tiga korban tewas yang terjepit di tengah bangkai pesawat.
Kepala Seksi Base Operasional Lanud Iswahyudi Mayor Penerangan Ali Sudibyo mengatakan, pihaknya dan tim evakuasi lainnya harus bekerja sangat hati-hati. Sehingga, korban terjepit terakhir, baru dapat dievakuasi ke RS TNI Lanud Iswahyudi sekitar pukul 15.00 WIB. Sedikitnya 1.000 personel tim gabungan TNI AU, TNI AD, Polri, dan Basarnas diterjunkan menyisir korban tewas yang kemungkinan masih terjebak.
Tiga korban tewas terjepit yang terakhir dievakuasi, dikenali sebagai jenazah Mayor Elektronik Melvin dari Jakarta, Supiah, kerabat anggota TNI, dan satu lagi belum diketahui identitasnya karena kondisi jenazah sudah rusak parah.
Sementara data dari RS TNI AU Lanud Iswahyudi Magetan, menyebutkan masih ada delapan korban tewas belum dapat diidentifikasi.
Diteliti
Soal kemungkinan meledak dan jatuhnya pesawat diawali oleh jatuhnya sejumlah mur pesawat, Danlanud Iswahyudi Marsekal Pertama Bambang Samoedra menegaskan hal itu bukan kewenangannya untuk memberi penjelasan.
Ia hanya mengatakan, pesawat jatuh setelah sebelumnya menimpa pepohonan dan selanjutnya naik kembali hingga terjatuh di persawahan. "Kalau soal kenapa mendarat terlalu pendek, sebelum masuk ke Lanud Iswahyudi, itu bukan kewenangan saya untuk menjelaskannya," katanya.
Kemarin, 7 anggota Panitia Penyelidik Kecelakaan Pesawat Udara (PPKPU) Mabes TNI AU dipimpin Kolonel Deddy NK datang di lokasi. Rombongan dari Jakarta ini menegaskan belum dapat menyimpulkan penyebab terjadi kecelakaan. Menurut Deddy, pihaknya masih mengumpulkan data dan keterangan sejumlah saksi mata serta meneliti sejumlah bangkai pesawat, termasuk sayap pesawat yang jatuh di areal pemakaman Geplak, dua rumah warga yang berjarak sekitar 100 meter dari makam, serta melihat pohon jati dan rimbunan pohon bambu yang ditabrak pesawat.
"Kalau lihat pepohonan itu, bisa jadi pesawat sudah terjun, belum sampai menyentuh tanah lalu naik kembali dan baru terjun di persawahan," jelasnya.
Penyebab jatuhnya pesawat Hercules memang masih misteri. Pada saat peristiwa terjadi, cuaca juga normal dan tidak ada gangguan yang memungkinkan terjadinya kecelakaan. Namun, salah satu hal yang dicurigai menjadi biang keladi kecelakaan adalah ketiadaan suku cadang untuk pesawat-pesawat yang dimiliki TNI AU. Menurut pengamat penerbangan Dudi Sudibjo, pesawat Hercules TNI AU memang kekurangan suku cadang. "Saya lebih melihat masalah perawatan yang terkait dengan suku cadang. Kita ada keterbatasan suku cadang, padahal kalau diperintahkan terbang harus siap," ujar Dudi.
Menurutnya, setelah embargo suku cadang untuk pesawat militer dicabut, TNI AU masih menghadapi masalah keterbatasan dana. "TNI itu setengah mati kalau mau bisa menerbangkan seluruh pesawat yang dimiliki. Suku cadangnya terbatas. Jadi, susah sekali menerbangkan semua Hercules kita," lanjutnya.
Menurut Dudi, untuk menghindari terulangnya peristiwa itu, pesawat yang tidak dilengkapi suku cadang yang bagus sebaiknya tidak dipaksa terbang. "Jangan dipaksa dengan diakali. Adakan suku cadang," ujar Dudi.
Temukan Balita
Tim evakuasi Kamis sore juga menemukan kembali korban tewas seorang balita. Lokasi penemuan balita itu tidak jauh dari ditemukannya jenazah Mayor Melvin beberapa jam sebelumnya. Balita tersebut belum diketahui jenis kelaminnya. Belum ada penjelasan, apakah dengan penemuan balita ini korban tewas menjadi bertambah lagi.
Sebelumnya, yakni pukul 15.10 WIB, jenazah Komando Sektor (Kosek) Lanud Biak, Mayor Melvin berhasil dievakuasi. Jenazah suami wartawan TVRI Daisy Istiyati ini berhasil dievakuasi setelah tim SAR bekerja hingga 10 jam. Saking sulitnya posisi tubuh korban, hingga menyebabkan patahnya puluhan rantai gergaji mesin.
Almarhum Melvin sebelumnya terjepit bagian perut bangkai Herculus C-130. Jasad Mayor Lek Melvin kemudian dibawa ke ruang identifikasi RS Lanud Iswahyudi. Hanya saja, jasad itu belum diyakini sepenuhnya oleh pihak keluarga. Istri korban, Daisy beralasan suaminya tak pernah mengenakan tas pinggang. Sedangkan jasad yang diduga Mayor Melvin itu mengenakan tas pinggang.
Untuk memecahkan teka-teki itu, jasad langsung dimasukkan ruang identifikasi. Sedangkan Daisy langsung dimintai keterangan tim identifikasi untuk mengetahui ciri-ciri fisik suaminya.
Tim disaster victim identification (DVI) Jatim berhasil mengidentifikasi jenazah perempuan dengan ciri-ciri berupa gigi palsu pada rahang atas. "Kami memeriksa jenazah seorang perempuan dewasa yang menggunakan gigi palsu," ujar anggota tim DVI Kompol dr Heri Wijatnoko di RS Lanud Iswahyudi.
Tim DVI mengimbau masyarakat yang merasa kehilangan anggota keluarganya agar menghubungi tim DVI di nomor telepon/fax 0351-869705, HP 0351-7867835 dan UGD Lanud Iswahyudi di 0351-401134.
Balita Selamat
Kecelakaan Hercules juga menyisakan sejumlah keajaiban. Dua bayi selamat. Bocah empat tahun yang diketahui bernama Anggun Putri Aulia selamat dalam kecelakaan tersebut.
Ajaibnya lagi, Anggun hanya luka memar dan lecet di beberapa bagian tubuhnya. Namun kondisi balita ini masih belum sadarkan diri. Anggun kemarin juga dijenguk Pangdam V Brawijaya Mayjen TNI Suwarno.
Bayi tersebut tergeletak di antara puluhan penumpang yang terpanggang di pesawat. Bahkan, ibunya, Ny Lemi, dan kakak kandung Anggun, Ardila, 7, tewas terbakar dalam kecelakaan itu.
Mereka hendak pulang dari Jakarta ke kampung halamannya di Maospati, Magetan. Ibu anak ini tewas dan saling menindih. Sementara posisi Anggun berada persis di antara himpitan mereka.
Yang miris lagi, persis di dekat sang ibu, adik Anggun yang masih berusia kurang dari dua tahun juga ditemukan tak sadarkan diri. Diketahui, nama adik Anggun itu Angga yang berusia 1,5 tahun.
Diperkirakan, Angga lepas dari pangkuan Ny Lemi. Namun sebelum lepas, Ny Lemi terus melindungi anak ketiganya tersebut. Ny Lemi adalah istri Asep, anggota TNI yang tinggal di Jakarta. Dalam perjalangan pulang itu, Asep tidak ikut serta.
Bersama puluhan korban lainnya, ibu yang tewas bersama tiga anaknya tersebut langsung dievakusi ke RS Lanud Iswahyudi Madiun. Ny Lemi dan Ardila dijadikan satu dengan mayat yang digeletakkan di ruang parkir rumah sakit milik TNI tersebut. Sedangkan Angga yang kritis langsung dirujuk ke RSUD dr Soedono Madiun.
Saat Surya melihat kondisi Angga, bayi 1,5 tahun ini tak sadarkan diri di ICU RSUD Dr Soedono. “Tidak tahu bagaimana memberi tahu Anggun kalau kakak dan ibunya telah meninggal,” ujar Khoirul, 22, paman Anggun.
Kamis kemarin, kondisi dua balita itu sudah menunjukkan perkembangan signifikan. Hasil pemeriksaan, keduanya mengalami luka cukup parah di kepala dan dua kakinya.
Setelah pada Rabu 20 Mei kemarin sempat tidak sadar, saat ini kedua balita itu sudah menunjukkan respons aktif dari rangsangan yang diberikan dokter. Bahkan, Angga sudah bisa memanggil-manggil ibunya.
"Kami cukup senang dengan perkembangan kedua anak ini yang cukup signifikan," kata Dokter Nur Hidajat, Spesialis Bedah Syaraf (SpBS), kepada detiksurabaya,com di RSU dr Soedono.
Sementara itu,pesawat yang membawa 14 jenazah dari Magetan tiba di Halim Perdanakusumah pukul 14.30 WIB. Presiden SBY dan keluarganya ikut menyaksikan tibanya rombongan jenazah.
Satu persatu jenazah diturunkan dari Pesawat Hercules 1315. Setelah diturunkan, jenazah dimasukkan ke dalam mobil untuk dibawa ke rumah duka masing-masing. Tak hanya pihak keluarga dan kerabat jenazah, Ibu Ani Yudhoyono juga terlihat menitikkan air mata ketika jenazah diturunkan dan dimasukkan ke dalam mobil.
"Kita semua berduka atas terjadinya kecelakaan Hercules di Magetan. Atas nama negara pemerintah saya selaku pribadi ingin menyampaikan bela sungkawa yang sedalam-dalamnya," kata Presiden SBY. Turut hadir pula dalam rombongan adalah Mensesneg Hatta Radjasa, Jubir Kepresidenan Andi Mallarangeng dan Dino Patti Djalal. st14/k2/jos/ade/yls/kcm
Berita Terkait