Kilas Balik
Dianggap 'Melangkahi' Soeharto, Jenderal TNI ini Pernah Nyaris Ditembak Revolver Tepat di Kepalanya
Brigadir Jenderal TNI (Purn) Herman Sarens Soediro pernah nyaris ditembak revolver oleh Soeharto karena dianggap 'melangkahinya'
Penulis: Putra Dewangga Candra Seta | Editor: Adrianus Adhi
SURYA.co.id - Seorang Jenderal TNI pernah nyaris ditembak revolver oleh Soeharto karena dianggap 'melangkahinya'
Dilansir dari manuskrip otobiografi berjudul 'Cerita Seorang Tentara: Cuplikan Riwayat Kehidupan Herman Sarens Sudiro', perwira TNI yang pernah nyaris ditembak Pak Harto itu adalah Brigadir Jenderal TNI (Purn) Herman Sarens Soediro
Soeharto saat itu sudah sangat marah dan menodongkan pistol revolvernya ke kepala Jenderal TNI (Purn) Herman Sarens Soediro yang kala itu jadi bawahannya
Ceritanya berawal pada 2 Oktober 1965 pukul 09.00 pagi, ketika Herman sedang mandi dirumahnya di Jalan Daksa Kebayoran Baru.
Tiba-tiba sang istri menggedor pintu dari luar karena ada telepon penting dari markas Kostrad.
• Jenderal Gatot Nurmantyo Beberkan Cara 3 Prajurit Kopassus Bisa Basmi Musuh di Operasi Sandi Yudha
• Sempat Dibahas Jenderal Gatot Nurmantyo, ini Cerita Operasi Sandi Yudha Kopassus dari Hendropriyono
• Viral di WhatsApp (WA) Pria 41 Tahun Nikahi Siswi SMP Kelas 1, Terpaut 27 Tahun, Kenal di Facebook
• Nasib Tragis Siswi SMK Seusai Video Hubungan Suami Istri di Kelas yang Viral di WhatsApp (WA)
• VIRAL Video Sopir Bus Dihajar Istri Sah Karena Kerja Bawa Selingkuhan, Endingnya Satlantas Datang

Panglima Kostrad, Mayor Jenderal Soeharto memerintahkan Herman agar segera menghadap dirinya.
Herman langsung berangkat ke markas Kostrad dan menuju ke ruang kerja Soeharto.
Setelah memberi salam hormat, Soeharto mempersilahkan Herman duduk.
Tanpa berbicara apa-apa, Soeharto hanya membuka laci mejanya dan mengambil sesuatu.
Sepucuk pistol revolver diarahkan tepat ke muka Herman.
“Ta' slentik kowe! (aku sentil kau!)” kata Soeharto dengan emosi.
“Ada apa, Pak?” tanya Herman.
“Kamu…., dari jip sampai tank mesti lewat kamu. Saya ini kamu anggap apa?” ujar Soeharto.
Herman yang masih memendam ngeri dalam hati bertanya lagi,
“Mengenai apa, Pak?” tanya Herman