Jadi Doktor Honoris Causa Unair, Bos Mayapada Grup Dato’ Sri Tahir Paparkan Konsep Ekonomi Adil

Kekayaan seseorang itu diukur dari uang yang dapat dimanfaatkan untuk kepentingan orang lain. -Dato' Sri Tahir

Penulis: Sulvi Sofiana | Editor: irwan sy
surya/sulvi sofiana
Dato’ Sri Tahir bos Mayapada Grup dikukuhkan sebagai Doktor Honoris Causa di Universitas Airlangga, Kamis (8/3/2018). 

SURYA.co.id | SURABAYA - Pengusaha sekaligus bos Mayapada Grup, Dato’ Sri Tahir, dikukuhkan sebagai Doktor Honoris Causa di Universitas Airlangga (Unair). Kini, bos Mayapada Grup tersebut memiliki tambahan gelar akademik menjadi Prof Dato’ Sri Tahir.

Saat pengukuhannya, Kamis (8/3/2018), pria yang juga penghargaan yang sama di tiga universitas lain di Indonesia ini menyinggung konsep ekonomi yang adil.

Tahir menceritakan tentang prinsipnya dalam membelanjakan uang. Menurutnya, banyaknya uang tidak diukur dari berapa banyak yang didapat atau dimiliki seseorang.

Tetapi, kekayaan seseorang itu diukur dari uang yang dapat dimanfaatkan untuk kepentingan orang lain.

“Karena itulah, konsep filantropi yang saya pegang bukanlah sedekah, CSR atau apapun. Tapi filantropi itu komitmen. Tidak harus menunggu untung, hari baik, atau mood untuk membantu,” tutur pria kelahiran Surabaya ini.

Dari gelar kehormatan tersebut, pria yang berusia 65 tahun ini berharap bisa membantu Unair dalam membangun kerjasama dengan perguruan-perguruan tinggi di luar negeri.

Menurutnya, persaingan antarperguruan tinggi di Indonesia sudah cukup dan sudah waktunya untuk bersaing dengan kampus asing.

Selain itu, Tahir menginkan adanya solusi atas problem yang dihadapi Guru Besar di perguruan tinggi saat ini. Menurutnya, masalah yang dihadapi dokter dan Profesor di Indonesia nyaris sama.

Jika dokter terlalu banyak menangani pasien, dia tidak akan sempat mengupdate ilmunya, tidak membaca buku, tidak menulis jurnal atau paper.

Begitu juga dengan profesor yang sedang beruntung dan memiliki jabatan khusus di luar. Sehingga fokusnya terhadap pendidikan menurun.

“Universitas di Indonesia jarang membangun kerjasama. Jika diizinkan rektor, saya ingin membangun kerjasama dengan beberapa perguruan tinggi di luar negeri seperti yang sudah kami lakukan di UGM,” pungkasnya.

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved