Berita Sampang
Istri Guru Budi yang Tewas setelah Dianiaya Muridnya Berharap seperti ini agar Suaminya Tenang
Sianit Sinta (23), istri almarhum guru Budi Cahyono mengaku berang terkait keinginan beberapa pihak agar pelaku direhabilitasi.
Penulis: Khairul Amin | Editor: Parmin
SURYA.co.id | SAMPANG – Sianit Sinta (23), istri almarhum guru Budi Cahyono mengaku berang terkait keinginan beberapa pihak agar pelaku penganiayaan terhadap suaminya, hanya direhabilitasi karena masih di bawah umur.
Budi Cahyono meninggal di rumah sakit setelah sebelumnya dianiaya muridnya, MH.
“Bagi saya ini tidak adil Mas, palaku harus dihukum, karena perbuatan ini sampai menghilangkan nyawa,” terang Sianit saat ditemui Surya.co.id, Rabu (7/2/2018) siang .
Sianit juga berharap agar proses hukum ini segera selesai dan menemui titik terang.
“Saya berharap proses hukum pelaku segera selesai, sehingga Mas Budi tenang di sana,” tutur Sianit saat ditemui di rumahnya, Kleyang, Kabupaten Sampang.
Baca: Status Facebook Terbaru Istri Guru Budi yang Tewas Dianiaya Siswa - Ucap Terimakasih dan Bagikan ini
Baca: Guru Budi yang Tewas Dianiaya Siswa - Sindiran Ala Kids Zaman Old Ini Viral di Media Sosial
Baca: Bukti Guru Budi yang Tewas Dianiaya Siswa Sangat Dicintai - Pelayat Harus Antre Berjam-jam

Sianit siang itu terlihat lemas, di tengah lima bulan kehamilannya, dia harus menemui ratusan tamu yang terus datang ke rumahnya.
Sianit hanya duduk di kursi terbuat dari sofa dengan satu bantal kecil di belakang punggungnya.
Harapan akan lekas selesainya proses hukum pelaku penganiayaan almarhum Budi juga disampaikan oleh Lukman (30) adik ipar Budi.
“Ya kalau bisa dihukum seberat-beratnya, ini kan masalah nyawa mas, kalau cuma direhabilitasi, bagi kami tidak adil,” terang pria menggunakan baju putih tersebut.

Saat ditanya informasi yang dia tau kondisi terakhir tersangka inisial MH yang merupakan siswa SMAN 1 Torjun (SMATor), Sampang.
Lukman mengaku kini tersangka sudah dipindahkan Rutan Kelas II B Sampang, Jalan Kiai Haji Wahid Hasim No 151, Sampang.
“Kemarin sepertinya sudah dipindahkan ke Rutan mas, tapi info pastinya belum tau,” terang Lukman.
Saat Surya.co.id melakukan konfirmasi ke Kasubag Humas Polres Sampang, belum ada jawaban terkait hal tersebut.
Sementara itu Sianit tampak lemas di atas kursi sofa yang sebagian penyangganya terbuat dari kayu
Ada satu bantal kecil di belakang punggung Sianit untuk menjaga agar punggung Sianit tetap lurus.
Ketika itu banyak orang datang silih berganti ke rumah Sianit Sinta.
"Tiap hari mas, dari pagi, gak berhenti, bahkan sampai malam," kata Lukman (30) adik ipar Budi saat ditemui Surya.co.id.
"Alhamdulillah dan terimakasih pada semua yang peduli dengan kepergian Mas Budi kami mohon maaf apabila dalam penyambutan kurang maksimal," tambahnya.
Sekadar diketahui, rumah duka itu masih ramai dikunjungi pelayat setelah 6 hari pasca kepergian Achmad Budi Cahyanto.
Sianit Sinta juga terlibat dalam penyambutan seluruh tamu ini, tapi dia lebih banyak duduk di kursi sofa.
Sianit tidak diperkenankan banyak bergerak oleh keluarga karena sedang hamil.

Kabar bahagia
Sianit Sinta bercerita terselip kabar bahagia di tengah duka yang ia alami.
Itu karena ia baru kondisi bayi yang dikandungnya masih sehat.
"Alhamdulillah mas, tidak mengganggu kehamilan saya bahkan kemaren saya periksa USG, calon bayinya ternyata laki-laki,” tutur Sianit sembari tersenyum.
Sianit berharap, kahamilannya bisa lancar hingga persalinan dan kelak anaknya tersebut bisa meneruskan perjuangan almarhum Budi.
"Semoga lancar hingga lahiran, juga bisa meneruskan perjuangan almarhum Mas Budi di sekolah," terang alumni MAN 1 Sampang tersebut.

Penyebab kematian
Penyebab Guru Seni Rupa SMA 1 Torjun, Ahmad Budi Cahyono tewas sudah terungkap.
Melansir dari pemberitaan KOMPAS.com, Sabtu (3/2/2018), Ahmad Budi Cahyono ternyata meninggal karena mengalami sesuatu yang bahaya yang fatal.
Alumnus Universitas Negeri Malang itu diduga mengalami patah tulang leher akibat penganiayaan yang dilakukan muridnya sendiri.
"Karena dalam tulang leher terdapat syaraf pembuluh darah dan saluran pernafasan yang langsung terhubung ke otak," kata Spesialis bedah kepala dan leher, RSU dr Soetomo Surabaya, dr Urip Murtedjo, Sabtu (3/2/2018).
Dia menduga, ada benturan yang sangat keras di bagian leher, hingga leher korban sampai patah.
"Mungkin saat mendapat pukulan dari muridnya, sangat keras sehingga berakibat fatal," kata Ketua Forum Pers, RSU dr Soetomo Surabaya ini.
Walau demikian, bukan itu saja yang menyebabkan guru ini tewas. Diduga Ahmad Budi Cahyono juga lamban ditangani.
Sekadar diketahui, korban hanya dirawat tidak lebih dari 1 jam di RSU dr Soetomo. Setelah itu ia dinyatakan meninggal.
Dari informasi yang diperoleh sebelum dirujuk ke RSU dr Soetomo di Surabaya, korban sempat dilarikan ke puskesmas, lalu ke UGD RSUD Sampang.
"Dari Sampang ke Surabaya kan masih butuh waktu 2 jam," jelasnya.
Sementara itu pada penanganan pasien patah tulang leher kata dia, perlu penanganan khusus yakni intubasi.
Penanganan ini dengan memberikan bantuan pernafasan pada pasien dengan alat khusus.
"Lehernya juga tidak boleh bergerak, karena kalau leher bergerak, akibatnya bisa semakin fatal," jelasnya.
Ahmad Budi Cahyono meninggal pada Kamis (1/2/2018) malam setelah dianiaya oleh MH di sekolah pada sore harinya.
Usai aksi penganiayaan, Ahmad Budi Cahyono sempat pulang dan mengeluh lehernya sakit.
Dia sempat dilarikan di rumah sakit Sampang hingga ke RSU dr Soetomo Surabaya.
Sang guru meninggal disebut akibat Mati Batang Otak.

Kronologi Kematian
Di berita sebelumnya, Kapolres Sampang AKBP Budi Wardiman sudah menjelaskan kronologi penganiayaan HI terhadap sang guruyang disampaikan Ahmad Budi Cahyono:
1. Pada Kamis (1/2/2018) sekitar pukul 13.00, korban mengisi pelajaran seni melukis di halaman depan kelas XII. Semua siswa diberi tugas melukis. Pelaku tidak menghiraukan apa yang ditugaskan korban.
2. Korban kemudian menegur pelaku agar mengerjakan tugas seperti temannya yang lain. Teguran itu tetap tidak dihiraukan pelaku.
3. Karena teguran tidak dihiraukan, korban kemudian menggoreskan cat ke pipi pelaku.
4. Pelaku tidak terima dan mengeluarkan kalimat tidak sopan.
5. Karena tidak sopan, korban memukul pelaku dengan kertas absen.
6. Pukulan itu ditangkis pelaku dan langsung menghujamkan pukulan ke pelipis sebelah kanan korban. Akibatnya, korban tersungkur.
7. Murid yang lain melerai pelaku dan korban.
8. Korban bangun setelah terjatuh. Lengan kiri korban lecet karena menahan tubuhnya saat terjatuh.
9. Seusai kejadian tersebut, seluruh siswa masuk kelas. Di dalam kelas, pelaku sempat meminta maaf kepada korban disaksikan murid-murid yang lain.
10. Setelah pelajaran usai, korban dan pelaku pulang ke rumahnya masing-masing. Korban masih sempat bercerita kepada kepala sekolah tentang kejadian pemukulan yang dilakukan muridnya.
11. Setiba di rumah, korban langsung istirahat karena mengeluh pusing dan sakit kepala. Sekitar pukul 15.00, korban dibawa ke Puskesmas Jrengik, Kabupaten Sampang. Karena pihak Puskesmas tidak mampu menangani, korban kemudian dirujuk ke rumah sakit daerah Kabupaten Sampang. Korban kembali dirujuk ke rumah sakit DR Soetomo, Surabaya.
12. Pihak rumah sakit kemudian menangani korban dan korban dinyatakan mengalami mati batang otak (MBO), yang menyebabkan seluruh organ tubuhnya tidak berfungsi. Dokter memprediksi, korban tidak akan hidup lama.
13. Sekitar pukul 21.40, korban dinyatakan meninggal dunia. Korban kemudian langsung dibawa pulang ke rumahnya diSampang.
"Saya luruskan, tidak ada penghadangan korban oleh pelaku setelah jam pulang sekolah. Kejadian penganiayaan yang sebenarnya di depan halaman kelas," kata Budi.
Ia berharap, tidak ada lagi informasi simpang siur mengenai peristiwa ini.
"Polres Sampang terus mendalami kasus ini dan pelaku sudah ditahan. (Jumat) malam ini (pelaku) sudah ditetapkan sebagai tersangka," ujarnya.
Meski termasuk kategori di bawah umur, HI tetap dikenakan Pasal 351 Ayat 3 KUHP tentang Penganiayaan yang mengakibatkan matinya seseorang, dengan ancaman hukuman 7 tahun penjara.
Baca: Siswa Aniaya Guru hingga Tewas, Komentar Mantan Ketua MK Mahfud MD Menohok Banget
Baca: Siapa MH, Siswa yang Aniaya Guru Budi hingga Tewas? Ini 4 Fakta yang Jarang Diketahui