Reaksi Wakil Ketua DPRD Surabaya Arif Fathoni saat Dapat Hujatan Netizen di Medsos

Sebagai pejabat publik yang duduk di kursi pimpinan DPRD Surabaya, Arif Fathoni juga kerap menjadi sasaran kritik hingga cacian di media sosial

Penulis: Nur Ika Anisa | Editor: irwan sy
Istimewa
LITERASI DIGITAL - Wakil Ketua DPRD Surabaya Arif Fathoni saat hadir di tengah-tengah mahasiswa dalam acara kuliah tamu membahas literasi digital di Universitas Bhayangkara (Ubhara) Surabaya. Sebagai pejabat publik yang duduk di kursi pimpinan DPRD Surabaya, Arif Fathoni juga kerap menjadi sasaran kritik hingga cacian di media sosial (Medsos). 

SURYA.co.id | SURABAYA - Sebagai pejabat publik yang duduk di kursi pimpinan DPRD Surabaya, Arif Fathoni juga kerap menjadi sasaran kritik hingga cacian di media sosial (Medsos).

"Tapi sebagai politisi, cacian dan pujian itu nilainya sama. Medsos akan dijadikannya sebagai  jembatan akuntabilitas politik antara wakil rakyat dan masyarakat. Akuntabilitas kinerja salah satunya melalui medsos," ucap Arif Fathoni, Minggu (12/10/2025).

Melalui akun media sosialnya, pimpinan DPRD ini berusaha membangun komunikasi dua arah yang jujur, terbuka, dan edukatif.

Politisi Golkar ini menyampaikan bahwa setiap suara yang dititipkan kepada dirinya harus dipertanggungjawabkan melalui kerja politik di pemerintahan.

"Amanah saya dan partai akan kami pertanggung jawabkan baik lewat fungsi pengawasan, anggaran, maupun legislasi di DPRD Surabaya," kata Thoni, sapaan Arif Fathoni.

Pengurus DPD Partai Golkar Jatim ini menyebut bahwa media sosial dan media mainstream sama pentingnya dalam menjembatani komunikasi publik.

Keduanya bisa menjadi sarana masyarakat mengetahui apa yang sedang dilakukan wakilnya di parlemen.

“Media sosial juga bisa menjadi jembatan komunikasi antara rakyat dengan pelayan rakyatnya. Di sana kita bisa berdialog, berdebat, sekaligus belajar bersama,” katanya.

Politisi kelahiran Lamongan ini mengaku senang menjawab langsung pesan, kritik, bahkan cacian yang masuk di akun pribadinya.

“Saya termasuk pribadi yang senang menjawab langsung baik cacian maupun pujian. Karena bagi politisi, keduanya punya nilai yang sama: umpan balik dari masyarakat,” jelasnya.

Sikap reflektif itu juga terlihat dari unggahannya di akun Instagram @ariffathoni.official.

Dalam salah satu postingan, ia menulis pepatah kuno yang menurutnya tetap relevan hingga kini:

“Teruslah berjalan sesuai cita-citamu, karena orang yang tidak mengenalmu akan terus membencimu. Biarkan energi mereka habis digunakan untuk menilaimu, sementara engkau setapak demi setapak mewujudkan setiap rencana dalam hidupmu.”

Ia menutup unggahan itu dengan pesan sederhana namun bermakna:

“Jangan lupa tersenyum, karena itu sedekah paling sederhana untuk lingkungan sekitarmu.”

Cara berkomunikasi di Medsos itu bukan sekadar gaya, melainkan bagian dari pendidikan politik digital yang sehat.

Ia pun menyadari, di era algoritma media sosial yang mudah memicu polarisasi, setiap politisi harus ikut menjaga ruang digital agar tidak menjadi arena disinformasi dan kebencian.

“Kita semua punya tanggung jawab moral untuk memberikan pendidikan politik melalui interaksi dua arah. Jangan biarkan media sosial menjadi jembatan disharmonisasi antar elemen bangsa,” tegasnya.

Lewat konsistensinya menjawab komentar, berbagi refleksi hidup, hingga merespons isu sosial dengan nada humanis.

Ia membuktikan bahwa politik bisa tampil hangat dan humanis di ruang digital.

Sumber: Surya
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved