Berita Viral

Rekam Jejak 18 Gubernur yang Protes ke Menkeu Purbaya soal Pemotongan TKD, Ada Ahmad Luthfi

Sebanyak 18 gubernur menggeruduk Gedung Kementerian Keuangan (Kemenkeu) di Jakarta, Selasa (7/10/2025). Ini rekam jejaknya

Penulis: Arum Puspita | Editor: Musahadah
Kolase Kompas.com Isna Rifka Sri Rahayu
PROTES - (kiri) Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa saat ditemui di kantornya, Jakarta, Selasa (7/10/2025). (kanan) Gubernur Jawa Tengah, Ahmad Luthfi. 

Sebelum menjadi Kapolda Jateng, Luthfi tercatat pernah menjabat sebagai Wakapolda Jateng, Analis Kebijakan Madya bidang Sosbud Baintelkam Polri, Kapolresta Surakarta, Wakapolres Surakarta, Wadir Intelkam Polda Jateng, dan Kapolres Batang.

Namanya pernah muncul menjadi satu diantara belasan kandidat pengganti Kapolri Jenderal Idham Azis.

Kala itu, Luthfi dinilai memiliki kinerja baik.

2. Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Sri Sultan Hamengkubuwana X

Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Sri Sultan Hamengku Buwono X (HB X) terlahir dengan nama Bendara Raden Mas (BRM) Herjuno Darpito pada 2 April 1946 di Yogyakarta.

Dia menghabiskan sepanjang hidupnya di kota kelahirannya.

Setelah dewasa, HB X ditunjuk oleh ayahandanya sebagai Pangeran Lurah atau sosok yang dituakan di antara semua pangeran di Keraton Yogyakarta.

Mas Jun, begitu beliau biasa disapa pada saat muda, kemudian diberi gelar Kanjeng Gusti Pangeran Harya (KGPH) Mangkubumi.

Sebelum bertahta sebagai Sultan Yogyakarta, KGPH Mangkubumi sudah terbiasa dengan pelbagai urusan di pemerintahan.

KGPH Mangkubumi sering diminta membantu tugas-tugas ayahandanya, Sri Sultan Hamengku Buwono IX, yang saat itu menjabat sebagai Wakil Presiden Republik Indonesia. 

Selain itu, KGPH Mangkubumi sendiri juga aktif di berbagai kegiatan sosial kemasyarakatan. 

Beberapa jabatan yang pernah beliau emban di antaranya sebagai Ketua Umum Kadinda DIY, Ketua KONI DIY dan Presiden Komisaris PG Madukismo.

Pada 2 Oktober 1988, Sri Sultan Hamengku Buwono IX wafat. 

KGPH Mangkubumi kemudian menjadi calon paling tepat untuk menjadi Sultan berikutnya.

Proses suksesi ini menjadi hal yang baru dalam sejarah Keraton Yogyakarta. 

Halaman 3 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved