Berita Viral

4 Kritikan Keras Menkeu Purbaya ke Pertamina hingga Ucap Malas-malasan dan Ancam Pangkas Anggaran

Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa blak-blakan membongkar aib Pertamina dalam rapat kerja dengan Komisi XI DPR RI

Editor: Musahadah
kolase TV Parlemen/tribunnews
KRITIK - Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa mengkritik keras Pertamina hingga menyebut malas-malasan dan ancam pangkas anggaran. 

SURYA.co.id - Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa mengkritik keras Pertamina dalam rapat kerja dengan Komisi XI DPR RI di Gedung DPR, Jakarta, Rabu (1/10/2025).

Bahkan, mantan Kepala Lembaga Penjaminan Simpanan (LPS) ini tak segan menyebut Pertamina malas-malasan. 

Menkeu Purbaya juga mengancam akan memangkas anggaran Pertamina.

Berikut kritikan keras Purbaya: 

  1.  Tak Ada pembangunan kilang minyak baru, subsidi terus membengkak

Dalam rapat kerja itu, Purbaya sempat menyinggung soal rencana pembangunan kilang minyak yang tidak kunjung direalisasikan Pertamina.

Baca juga: Sosok Manik Marganamahendra yang Kritik Aksi Koboi Menkeu Purbaya Batalkan Kenaikan Cukai Rokok

Purbaya menilai hal itu karena Pertamina bermalas-malasan. 

"Jadi kilang itu bukan kita enggak bisa bikin atau kita enggak bisa bikin proyeknya, cuman pertaminanya malas-malesan saja," kata Purbaya dikutip dari siaran TV Parlemen, Rabu (1/10/2025).

Dijelaskan Purbaya, pembangunan kilang minyak baru dibutuhkan untuk mengangkat produksi BBM dalam negeri, sehingga bisa mengurangi ketergantungan impor BBM yang membebani APBN.

Karena tidak ada kilang minyak baru sehingga berdampak pada besarnya impor. 

Dan ini mengakibatkan subsidi BBM terus membengkak karena volume impor BBM terus naik dari tahun ke tahun. 

Tingginya impor BBM juga berdampak buruk pada neraca perdagangan Indonesia.

"Subsidi energi naik terus dari tahun ke tahun, BBM tuh solar, diesel, kita banyak impornya sampai puluhan miliar dollar setahun," beber Purbaya. 

Yang bikin dirinya tidak habis pikir, kondisi ini seolah dibiarkan bertahun-tahun. APBN pun tersedot untuk menyubsidi BBM impor yang terkadang harganya melonjak tinggi.

"Sudah berapa tahun kita mengalami hal tersebut sudah puluhan tahun kan. Kita pernah bangun kilang baru enggak, enggak pernah," ucap Purbaya.

2. Sudah ada investasi kilang dari China tapi ditolak 

Purbaya lalu mengungkit soal janji Pertamina untuk membangun 7 kilang baru dalam 5 tahun pada 2018 silam, namun hingga sampai sekarang sudah 7 tahun berlalu, tak satu pun kilang dibangun.

Pada 2018, Purbaya saat itu menjabat sebagai Staf Khusus Bidang Ekonomi Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman, Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman di bawah Luhut Binsar Pandjaitan, sehingga tugasnya kerap bersinggungan dengan Pertamina.

Padahal saat itu, kata Purbaya, terdapat investor asal China yang menawarkan diri untuk membangun kilang baru di Indonesia, dengan tawaran Pertamina harus membeli produk mereka.

Investor China tersebut juga menjanjikan ke Pertamina, bahwa bila sudah beroperasi selama 30 tahun, maka kilang minyak tersebut bisa diambil alih Pertamina secara cuma-cuma.

Kendati demikian, tawaran investor China itu ditolak oleh Pertamina.

Saat itu, Pertamina berdalih, mereka sudah merencanakan pembangunan 7 kilang baru, sehingga bila menyetujui proposal dari China, bisa berpotensi mengakibatkan kelebihan kapasitas.

"Mereka (Pertamina) akan bangun tujuh kilang baru dalam waktu 5 tahun. sampai sekarang kan enggak ada satu pun, jadi bapak tolong kontrol mereka juga," kata Purbaya.

3. Singgung insiden kebakaran kilang Pertamina

Ia meminta DPR sebagai fungsi legislatif, ikut mendesak Pertamina agar segera membangun kilang minyak baru supaya APBN tidak jebol. 

"Dari saya kontrol, dari bapak-bapak juga kontrol (Pertamina), karena kita rugi besar. karena kita impor dari mana dari Singapura.

"Mereka bilang iya tapi ke depan akan jadi, sampai sekarang enggak jadi. Yang ada malah beberapa dibakar kan," ucap Purbaya mengungkit soal beberapa insiden kebakaran di kilang Pertamina beberapa waktu terakhir. 

4. Ancam pangkas anggaran

Dalam rapat kerja itu, Purbaya juga melontarkan peringatan keras kepada Pertamina

Purbaya menegaskan tak segan memangkas anggaran Pertamina jika terus bergantung pada impor bahan bakar minyak (BBM). 

Dengan posisinya sebagai Menteri Keuangan, ia mengaku akan tegas dalam mengambil langkah. 

“Kalau enggak kita potong saja uangnya, Pak. Saya kan pengawas, kita copot saja Dirutnya,” ujarnya. 

Sebagai informasi, pada APBN 2025 pemerintah mengganggarkan subsidi dan kompensasi untuk tahun 2025 sebesar Rp 498,8 triliun dengan realisasi hingga Agustus mencapai Rp 218 triliun atau sekitar 43,7 persen dari pagu tersebut.

Perlu diketahui pula, realisasi subsidi dan kompensasi energi dipengaruhi oleh fluktuasi ICP, depresiasi nilai tukar rupiah, serta peningkatan volume barang bersubsidi.

Data per akhir Agustus 2025 juga menunjukkan adanya peningkatan konsumsi berbagai barang bersubsidi hingga Agustus 2025 dimana konsumsi BBM tumbuh sekitar 3,5 persen, LPG 3 kg tumbuh 3,6 persen, pelanggan listrik bersubsidi tumbuh 3,8 persen, dan pupuk mengalami peningkatan sebesar 12,1 persen.

Profil Purbaya Yudhi Sadewa

TARIF CUKAI 2026 - Menteri Keuangan (Menkeu) Purbaya Yudhi Sadewa bertemu pengusaha untuk bahas tarif cukai 2026. Hasilnya, tetap atau tidak naik.
TARIF CUKAI 2026 - Menteri Keuangan (Menkeu) Purbaya Yudhi Sadewa bertemu pengusaha untuk bahas tarif cukai 2026. Hasilnya, tetap atau tidak naik. (Kolase Tribunnews.com)

Purbaya Yudhi Sadewa merupakan mantan Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS). 

Sebelum menjabat Menteri Keuangan, dia dipercaya memimpin LPS sejak 2020. 

Pria kelahiran 1960 ini menempuh pendidikan sarjana di Teknik Elektro ITB, lalu meraih gelar Master dan Doktor Ekonomi di Purdue University, Amerika Serikat. 

Karier birokrasi Purbaya cukup panjang, mulai dari Deputi Kemenko Marves, Staf Khusus di Kemenko Polhukam, hingga Deputi III Kantor Staf Presiden. 

Sebelum masuk birokrasi, Purbaya juga pernah bekerja di Schlumberger Overseas SA (1989–1994) dan lama berkarier di Danareksa sebagai ekonom hingga Direktur Utama Danareksa Securities. 

Berdasarkan Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara (LHKPN) 2024, Purbaya memiliki total kekayaan Rp 39,21 miliar, naik 19,36 persen dari tahun sebelumnya Rp 32,84 miliar.

Rinciannya: 

Tanah dan Bangunan: Rp 30,50 miliar (mayoritas di Jakarta Selatan)
Kendaraan Mobil: Rp 3,53 miliar (Mercedes-Benz, BMW Jeep, Toyota Alphard, Peugeot 5008)
Motor: Rp 76 juta (Yamaha XMAX, Honda Vario 125)
Surat Berharga: Rp 220 juta
Kas dan Setara Kas: Rp 4,20 miliar
Utang: nihil

Sebagian artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Purbaya Cap Pertamina Malas-malasan Bangun Kilang"

>>>Update berita terkini di Googlenews Surya.co.id

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved