Berita Viral

Nekat Resign dari Pegawai Bank dan Pilih Jadi Tukang Sampah di Australia, Ternyata Segini Gajinya

Seorang mantan pegawai bank memilih banting setir jadi tukang sampah di Australia, buktikan mapan tak selalu sejalan dengan bahagia.

Kolase TikTok @bibiiiittt
JADI TUKANG SAMPAH - Kolase tangkap layar kisah Pegawai bank nekat resign dan pilih jadi tukang sampah di Australia. 

Baginya, pekerjaan yang sekarang justru memberi kesempatan untuk menabung lebih banyak serta membangun masa depan.

"Sekarang yang penting adalah bisa menabung lebih banyak," ungkapnya.

Motivasi inilah yang membuatnya tetap bersemangat, meski pekerjaan barunya tidak seprestisius karier perbankan.

Kisahnya menuai beragam komentar. Ada yang mengagumi keberaniannya meninggalkan kenyamanan demi memulai hidup baru, sementara sebagian lain bertanya-tanya apakah langkah tersebut tepat.

Apapun pendapat orang, kisah ini memperlihatkan bahwa kebahagiaan tidak selalu diukur dari jabatan atau penghasilan tetap.

Kadang, keluar dari jalur yang dianggap mapan justru membuka jalan menuju makna hidup yang lebih dalam.

Segini Besaran Gajinya

Negara anggota persemakmuran Inggris Raya ini sangat konsen terhadap kebersihan lingkungan dan daur ulang sampah.

Hal ini ditambah tingkat kesadaran masyarakat yang tinggi terhadap kebersihan dan tidak membuang sampah sembarangan.

Ini sangat memudahkan kerja para petugas kebersihan di Australia.

Kamu jangan kaget, gaji rata-rata tukang sampah di negara itu mencapai Rp 825 juta per tahun atau per bulannya Rp 68,75 juta.

Sebagai penulis, saya melihat kisah ini bukan sekadar tentang pekerjaan atau gaji. Ada pesan penting yang bisa dipetik: kebahagiaan bukan hanya perkara angka di slip gaji, melainkan bagaimana kita memaknai hidup dan merancang masa depan sesuai tujuan pribadi.

Keputusan mantan pegawai bank tersebut mengingatkan saya bahwa setiap orang punya versi “mapan” yang berbeda.

Ada yang bahagia dengan kenyamanan karier di kantor ber-AC, ada pula yang justru menemukan makna saat berani meninggalkan zona aman dan memulai hidup baru, meskipun terlihat sederhana di mata orang lain.

Bagi saya pribadi, kisah ini menegaskan bahwa kita tidak seharusnya mengukur hidup orang lain dengan standar yang sama.

Halaman
123
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved