Berita Viral

Akhir Nasib Oknum TNI yang Pukul Sopir Ojol Sampai Patah Hidung, Kapuspen: Tegas, Tak Ada Toleransi

Beginilah akhir nasib oknum TNI yang tega pukul sopir ojol sampai patah hidung. Kini ia sudah ditindak tegas oleh atasannya.

Kolase youtube dan Tribun Pontianak
TNI PUKUL OJOL - (kanan) Tangkap layar video oknum TNI pukul sopir ojol sampai patah hidung. (kiri) Sopir ojol masih dirawat di RS. 

SURYA.co.id - Beginilah akhir nasib oknum TNI yang tega pukul sopir ojol sampai patah hidung. Kini ia ditindak tegas oleh atasannya.

Teguh, pengemudi ojek online (ojol) di Pontianak, Kalimantan Barat, masih menjalani perawatan di RS Medika Djaya setelah mengalami pemukulan oleh seorang oknum prajurit TNI.

Insiden itu bermula ketika korban membunyikan klakson sebagai tanda peringatan di jalan, yang kemudian membuat pelaku tersinggung hingga berujung pada tindak kekerasan.

Saat ditemui pada Minggu (21/9/2025), Teguh terlihat lemah di ruang perawatan. Wajahnya memar, pipi bengkak, dan mata kiri tertutup akibat luka parah.

Menurut Jani, keponakan korban, pamannya baru saja dipindahkan dari ICU ke ruang perawatan setelah sebelumnya dirawat intensif.

“Sekarang kondisinya sudah mendingan, tapi masih susah bernapas karena hidungnya patah. Di dalam juga ada darah beku yang belum bisa dibersihkan,” ujar Jani, dikutip dari Tribun Pontianak.

Dokter menyatakan operasi pada hidung harus dilakukan karena patahnya cukup serius dan dikhawatirkan memengaruhi mata kiri.

Namun, tindakan itu baru bisa dilakukan pada Rabu (24/9/2025) karena dokter spesialis masih berada di luar kota.

Kronologi Kejadian

Keluarga korban menuturkan, peristiwa berawal saat Teguh baru saja mengambil pesanan makanan.

Ketika melintas, mobil milik pelaku yang baru keluar dari ATM mendadak mundur hampir menabrak motor korban.

Teguh pun membunyikan klakson sebagai tanda peringatan.

Tak terima, pelaku justru mengejar dan menghadang motor korban.

Setelah terjadi adu mulut, pelaku memukul Teguh dengan siku mengenai wajahnya.

“Cuma sekali pukulan, tapi sangat keras karena badannya besar. Paman saya tidak melawan, hanya berusaha membersihkan darah di hidungnya,” jelas Jani.

Rekan-rekan sesama ojol kemudian membawa Teguh ke RS Bhayangkara untuk pertolongan pertama, sebelum dipindahkan ke RS Medika Djaya. Sementara pelaku meninggalkan lokasi.

Upaya Damai

Keluarga korban mengaku sempat mendapat tawaran damai dari pihak keluarga pelaku, termasuk menanggung biaya operasi. Namun tawaran tersebut ditolak.

“Biarpun operasinya ditanggung pihak pelaku, keluarga besar tetap tidak mau damai. Kami ingin kasus ini diproses sesuai hukum yang berlaku,” tegas Jani.

Oknum TNI berinisial F akhirnya melakukan mediasi dengan keluarga korban dan komunitas ojol.

Dalam kesempatan itu, ia menyampaikan penyesalan dan janji menanggung seluruh biaya pengobatan.

“Saya menyampaikan permohonan maaf yang sedalam-dalamnya kepada pihak keluarga. Saya menyesal atas perbuatan saya dan siap bertanggung jawab, baik membantu pengobatan korban sampai sembuh maupun menjalani proses hukum,” kata F di Mapomdam XII/Tanjungpura, Jalan Rahadi Usman, Pontianak.

Wakapendam XII/Tanjungpura, Letkol Inf Agung W Palupi, turut menjelaskan kronologi awal.

"Saat itu yang bersangkutan ini sedang terburu-buru, anaknya yang berada di dalam mobil dalam keadaan sakit hendak mengantarkan anaknya.

Sehingga setelah ada kejadian serempet atau apa itu masih kita selidiki pelaku menjadi emosi," ujarnya.

Agung menambahkan, pelaku sudah mengakui kesalahannya dan siap diproses di pengadilan militer.

Ia juga meminta masyarakat menghormati proses hukum yang tengah berjalan.

TNI Turut Meminta Maaf

Kepala Pusat Penerangan (Kapuspen) TNI, Brigjen (Mar) Freddy Ardianzah, menyampaikan permintaan maaf atas tindakan oknum prajurit terhadap Teguh.

"Pastinya kami sangat prihatin dan menyesalkan terjadinya peristiwa ini, serta menyampaikan permohonan maaf yang sebesar-besarnya atas tindakan oknum prajurit TNI ini," ucap Freddy, Minggu (21/9/2025), dikutip dari Kompas.com.

Ia menegaskan kasus ini tengah ditangani Polisi Militer Kodam XII/Tanjungpura, dan proses hukum berjalan sesuai aturan.

"Panglima TNI menegaskan, setiap prajurit yang terbukti melakukan pelanggaran akan ditindak tegas dan tidak ada toleransi.

TNI berkomitmen menjunjung tinggi hukum serta memastikan proses penanganan berjalan tegas, adil, dan transparan," imbuh Freddy.

Kasus yang menimpa Teguh ini bukan sekadar peristiwa pemukulan biasa. Ia membuka mata kita tentang rapuhnya rasa aman di jalan raya, terutama bagi mereka yang sehari-hari menggantungkan hidup sebagai driver ojol. Klakson yang sejatinya menjadi tanda peringatan, justru berbalik menjadi pemicu emosi yang tak terkendali.

Sebagai penulis, saya merasa prihatin sekaligus geram. Kita bisa membayangkan, seorang ayah yang bekerja keras mencari nafkah, pulang bukan dengan membawa rezeki, melainkan luka dan ancaman kehilangan penglihatan.

Situasi ini jelas menimbulkan trauma, bukan hanya bagi korban, tetapi juga keluarga serta komunitas ojol yang sering dipandang sebelah mata.

Permintaan maaf dari pihak pelaku dan institusi TNI memang patut diapresiasi.

Namun, yang lebih penting adalah kepastian bahwa hukum ditegakkan tanpa pandang bulu. Masyarakat perlu diyakinkan bahwa keadilan tidak bisa dibeli dengan damai atau imbalan biaya pengobatan.

Saya percaya, kasus Teguh ini akan menjadi ujian nyata komitmen TNI dalam menindak tegas anggotanya yang bersalah.

Di sisi lain, kita sebagai warga juga harus terus mengawal, agar korban benar-benar mendapat keadilan.

Sebab, jika hukum bisa ditegakkan setara, maka peristiwa serupa bisa dicegah, dan kepercayaan masyarakat terhadap institusi akan tetap terjaga.

>>>Update berita terkini di Googlenews Surya.co.id

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved