Berita Viral

Keinginan Mulia Bos Bank Plat Merah di Jakarta yang Dibunuh Diduga Oknum Aparat, Kakak: Umroh Bareng

Sebelum tewas dibunuh diduga oknum aparat inisial F, Muhammad Ilham Pradita (MIP), bos bank plat merah di Jakarta, punya keinginan terakhir.

Penulis: Arum Puspita | Editor: Musahadah
Kolase Instagram/Kompas TV
KEINGINAN - (kiri) Para pelaku kasus pembunuhan bank plat merah (kanan) bos bank plat merah di Jakarta, Muhammad Ilham Pradita 

"Dan kami tentu berharap juga sanksi hukuman seberat-beratnya untuk pelaku. Karena memang ini jelas menghilangkan nyawa," sambungnya. 

Andina menambahkan, keluarga meminta polisi mengungkap kasus ini secara menyeluruh agar tidak ada pelaku yang lolos dari jeratan hukum.

Ia juga menegaskan pentingnya menjadikan tragedi ini sebagai pelajaran agar kejadian serupa tidak terulang di Indonesia. 

"Ini tidak boleh terjadi lagi. Ini yang terakhir di negara kita. Kita harus menghadirkan keamanan,” tegasnya. 

Andina mengaku, keluarga masih sulit menerima kenyataan bahwa Ilham sudah tiada dengan cara yang mengenaskan. 

Perasaan tidak percaya itu masih membekas hingga kini meski proses hukum sudah berjalan. 

“Kami enggak percaya, kami kaget dan kami masih berharap tentu adik kami selamat. Tapi Allah punya rencana lain,” katanya. 

F Diduga Eksekutor

Sosok F kali pertama diungkap Adrianus Agal, kuasa hukum 4 tersangka penculik Mohamad Ilham Pradita

Adrianus mengatakan, 4 tersangka penculik yakni AT, RS, RAH, dan EW alias Eras, awalnya diperintah F untuk menculik Ilham Pradana  di salah satu pusat perbelanjaan di Pasar Rebo, untuk diantarkan ke F sebagai eksekutor di Cawang, Jakarta Timur.

"Adik kami Eras dan kawan-kawan ini diminta untuk menjemput paksa di waktu sore untuk diserahkan di daerah Jakarta Timur," ungkapnya, Senin (25/8/2025).

Tawaran pekerjaan ini mulanya diambil pelaku yang diketahui sebagai debt collector karena dijanjikan bayaran dengan nilai fantastis.

Mereka diiming-imingi uang puluhan juta untuk mengantar korban ke eksekutor.

“Adik-adik kami juga menerima pekerjaan ini karena diiming-imingi sesuatu. Kalau dari informasi yang kami dapat setelah berkomunikasi dengan penyidik itu mereka dijanjikan itu untuk mendapat berapa puluh juta sekianlah," ucap Adrianus.

Para pelaku juga disebut sedang mengalami tekanan ekonomi sehingga nekat mengambil pekerjaan itu.

Halaman
1234
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved