Guru TK di Jombang Tinggal di Rumah Berdinding Bambu, Bertahan Hidup dengan Gaji Rp 350 Ribu

Rumah kecil berdinding bambu dan triplek, di Dusun Johowinong, Desa Johowinong, Kecamatan Mojoagung, Kabupaten Jombang. 

SURYA.co.id/Anggit Pujie Widodo
RUMAH HAMPIR ROBOH - Potret Yuliana Emawati (43) guru Taman Kanak-kanak saat berada di rumahnya yang tak layak huni di Dusun Johowinong, Desa Johowinong, Kecamatan Mojoagung, Kabupaten Jombang, Jawa Timur pada Senin (13/10/2025). Sembilan tahun jadi guru TK dan tinggal di rumah gubuk hampir roboh. Bertahan hidup dengan gaji Rp350 ribu per bulan. 

SURYA.CO.ID, JOMBANG - Sembilan tahun mengabdikan diri untuk dunia pendidikan anak usia dini, nyatanya Yuliana Emawati (43) menyimpan cerita hidup yang getir.

Usai mengajar, di TK yang berada di Kecamatan Sumobito, Kabupaten Jombang, ia akan pulang ke rumah kecil berdinding bambu dan triplek, di Dusun Johowinong, Desa Johowinong, Kecamatan Mojoagung, Kabupaten Jombang

Rumah itu lebih mirip bangunan darurat ketimbang tempat tinggal. Sebagian dindingnya reot, ditambal dengan banner bekas kampanye agar tak jebol diterpa angin. 

Baca juga: Kemenag Jombang Uji Kekuatan Bangunan Ratusan Pesantren, Jamin Keselamatan Belajar Para Santri

Lantainya sebagian besar masih tanah, ditutupi terpal agar tidak becek saat hujan. 

Sementara atapnya bocor di banyak titik, membuat Yuliana dan anak semata wayangnya harus pindah tempat tidur setiap kali hujan datang.

“Kalau angin kencang, suara bannernya keras sekali. Anak saya sampai takut, kadang saya juga cemas takut roboh,” ucapnya saat dikonfirmasi pada Senin (13/10/2025).

Yuliana tinggal berdua dengan anaknya setelah berpisah dari suami beberapa tahun lalu. 

Dengan gaji hanya Rp350 ribu hingga Rp 400 ribu per bulan, ia berusaha keras mencukupi kebutuhan hidup.

Baca juga: Jadi Guru TK Bergelar Magister, Siti Fadilah Bukti Meningkatnya Kompetensi Pendidik di Bangkalan

“Kadang saya tambahi dengan jualan kecil-kecilan, bumbu dapur sama kerudung. Kalau nggak begitu, nggak cukup buat makan,” ujarnya.

Setiap pagi, ia mengayuh sepeda onthel tuanya menempuh jarak sekitar 20 menit menuju sekolah. Tak peduli panas atau hujan, ia tetap berangkat. 

“Anak-anak di sekolah sudah seperti anak saya sendiri. Mereka sumber semangat saya,” katanya.

Ironisnya, pengabdian panjang itu belum sepenuhnya berbalas manis. Yuliana belum pernah menerima bantuan sosial seperti PKH atau program bedah rumah. Ia hanya sekali menerima sembako dari pemerintah daerah. 

“Saya tidak tahu caranya minta bantuan, saya juga nggak punya orang yang bantu urus,” ujarnya.

Dinas Perumahan dan Permukiman (Perkim) Kabupaten Jombang, mengakui kondisi seperti Yuliana bukan satu-satunya. 

Baca juga: Harta Kekayaan Laila Mufidah Guru TK yang Sukses 3 Periode Jadi Anggota DPRD Surabaya, Total Rp 4 M

Menurut Ahmad Rofiq Ashari, Kepala Bidang Pengembangan Kawasan Permukiman, pihaknya sedang mendata warga yang tinggal di rumah tidak layak huni untuk diajukan dalam program bantuan pusat.

Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved