Harun, Aktivis Lingkungan Tulungagung Dirikan Warkop Edukasi Anti-Saset dan Plastik

Harun membuka Warkop Taman Puring di Tulungagung, Jatim, menolak saset dan plastik. Jadi pusat edukasi lingkungan hidup minim sampah.

Penulis: David Yohanes | Editor: Cak Sur
SURYA.CO.ID/David Yohanes
GELAS KAYU - Harun (55), aktivis lingkungan senior dari Desa Plosokandang, Kecamatan Kedungwaru, Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur, menunjukkan gelas kayu untuk menyajikan minuman di Warung Kopi Taman Puring miliknya. Mengusung konsep ramah lingkungan, Harun menolak menjual segala jenis produk dalam saset dan air minum dalam kemasan. 

SURYA.CO.ID, TULUNGAGUNG – Harun (55), seorang aktivis lingkungan senior dari Desa Plosokandang, Kecamatan Kedungwaru, Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur (Jatim), kembali menunjukkan dedikasinya pada lingkungan dengan mendirikan Warkop Edukasi Taman Puring. 

Berlokasi di Dusun Srigading, Desa Plosokandang, warkop ini bukan sekadar tempat ngopi biasa, melainkan percontohan gaya hidup ramah lingkungan dengan kebijakan tegas menolak produk saset dan kemasan plastik.

Tolak Saset dan Air Minum Kemasan, Prioritaskan Organik

Mengusung tema "ramah lingkungan," Warkop Taman Puring memiliki aturan ketat: tidak menjual segala jenis minuman dan makanan dalam saset, serta menolak air minum dalam kemasan. 

"Kalau ke sini, bawa tumbler sendiri, ambil air minum gratis. Kami berusaha hanya menghasilkan sampah organik saja," ujar Harun, Sabtu (11/10/2025). 

Kebijakan ini, merupakan refleksi dari pengalaman Harun yang selama ini aktif mengaudit produk pencemar perairan, di mana saset bekas makanan dan minuman perusahaan besar menjadi kontributor terbanyak.

Harun: Dedikasi Tanpa Batas untuk Lingkungan

Nama Harun tak asing di kalangan aktivis lingkungan, baik di Tulungagung maupun kancah nasional. 

Ia bersama rekan-rekannya tak hanya aktif menguji kualitas air sungai, tetapi juga rutin membersihkan sungai dan pantai, serta melakukan audit produk yang mencemari. 

"Seminim mungkin jangan ada sampah plastik, kalau bisa tidak ada sama sekali. Hanya sampah organik agar bisa dikelola sendiri, ampas kopi pun kami kumpulkan," tegas Harun.

Inovasi Peralatan dan Menu Ramah Lingkungan

Untuk memantapkan konsepnya, Warkop Taman Puring juga tidak menggunakan sedotan plastik, melainkan sedotan stainless steel atau bambu yang bisa digunakan ulang. 

Alat saji seperti gelas pun terbuat dari bahan alami bambu dan kayu, yang diambil langsung dari perajin lokal untuk mendukung UKM. 

"Saya ambil dari perajin untuk membantu UKM kita. Kalau gelas kaca masih ada, karena kan tidak sekali pakai," tambahnya.

Dalam hal menu, Harun sedang mencari opsi lauk yang sehat dan berkelanjutan seperti tahu, tempe, ikan laut serta olahan nasi gegok dan nasi bakar yang dibungkus daun, sebagai alternatif yang lebih ramah lingkungan.

Warkop dan Pusat Edukasi Lingkungan di Lahan Pribadi

Berdiri di atas tanah pribadi Harun seluas 3.000 meter persegi, Warkop Taman Puring tak hanya berfungsi sebagai warung kopi, tetapi juga menjadi pusat edukasi lingkungan. 

Kedekatannya dengan Universitas Islam Negeri Sayyid Ali Rahmatullah, menjadikannya magnet bagi para aktivis lingkungan dan mahasiswa untuk berdiskusi hingga pagi. 

"Para aktivis lingkungan dan mahasiswa banyak diskusi sampai pagi di sini. Ada yang sampai tidur di sini," cerita Harun.

Di waktu luangnya, ayah empat anak ini juga melakukan pembibitan ratusan pohon berbagai jenis untuk penghijauan. 

"Saya tidak pernah minta dibeli, kalau mau tanam pohon untuk penghijauan, silakan ambil di sini," imbuhnya, menunjukkan komitmennya yang tulus.

Harun berharap, Warkop Taman Puring yang baru berjalan lima bulan ini dapat terus berkembang dan menjadi "jujukan" untuk berbagai diskusi tentang lingkungan hidup di masa depan, sekaligus menginspirasi banyak pihak untuk mengadopsi gaya hidup minim sampah.

Sumber: Surya
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved