Ada Ribuan Kasus TBC Di Kediri, Dinas Kesehatan Intensifkan Tracing Pada Kelompok Beresiko

Tracing dilakukan di Balai Desa Banyuanyar dengan melibatkan tim medis, kader kesehatan, serta dukungan lintas sektor. 

Penulis: Isya Anshori | Editor: Deddy Humana
surya/isya anshori
TRACING TBC - Ratusan warga menjalani tracing TBC dari Dinas Kesehatan Kediri di Balai Desa Banyuanyar, Jumat (3/10/2025). 

SURYA.CO.ID, KEDIRI - Upaya menekan penularan Tuberkulosis (TBC) terus dilakukan Dinas Kesehatan Kabupaten Kediri. Seperti di wilayah Puskesmas Gurah, sebanyak 150 warga menjalani tracing, Jumat (3/10/2025). 

Mereka merupakan kontak erat pasien TBC khususnya keluarga serumah, penderita diabetes, anak-anak dengan gizi buruk, serta kelompok rentan lainnya.

Tracing dilakukan di Balai Desa Banyuanyar dengan melibatkan tim medis, kader kesehatan, serta dukungan lintas sektor. 

Kepala Tim Kerja Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular (P2PM) Dinkes Kabupaten Kediri, Retno Handayani menjelaskan bahwa kegiatan ini difokuskan pada kelompok paling beresiko.

"Yang kami prioritaskan adalah keluarga pasien TBC yang satu rumah, kemudian pasien dengan diabetes, ODHA, anak-anak yang berat badannya tidak naik selama tiga bulan, serta populasi khusus seperti pondok pesantren," terangnya.

Menurut Retno, Desa Banyuanyar termasuk wilayah dengan kasus TBC aktif. Karena itu, keluarga pasien yang belum pernah diperiksa, diundang untuk menjalani skrinning kesehatan paru. 

"Ketika ada satu pasien TBC, seluruh anggota keluarga wajib diperiksa. Siapa tahu mereka juga tertular," tambahnya.

Proses tracing dimulai dengan pengisian formulir faktor resiko. Warga kemudian ditanya soal gejala yang dialami, seperti batuk lebih dari satu pekan, demam, atau riwayat kontak erat dengan pasien TBC.

Setelah skrinning awal, warga diarahkan ke pemeriksaan klinis. Bagi yang menunjukkan gejala, dilakukan pengambilan dahak untuk diperiksa melalui Tes Cepat Molekuler (TCM). 

"Kalau pasien kesulitan mengeluarkan dahak, kami alihkan ke pemeriksaan rontgen menggunakan mobil rontgen keliling," jelas Retno.

Bagi keluarga serumah pasien TBC yang tidak bergejala, tetap diberikan Terapi Pencegahan TBC (TPT). "Meskipun negatif, tetapi jika satu rumah dengan pasien, tetap harus diberi TPT sebagai upaya pencegahan," imbuhnya.

Data Dinas Kesehatan, kasus TBC di Kediri masih cukup tinggi. Pada 2024 tercatat 19.397 suspek dengan 2.815 penemuan kasus (72 persen). Dari jumlah itu, 93 persen menjalani pengobatan dengan tingkat kesembuhan mencapai 91 persen.

Namun pada 2025, angka penemuan kasus turun menjadi 1.901 kasus (51 persen) dari 12.444 suspek. Angka pengobatan pun hanya 46,8 persen dengan sukses rate 88 persen.

"Penurunan angka penemuan ini mengkhawatirkan, karena bisa jadi masih banyak penderita TBC di masyarakat yang belum terdeteksi. Tracing ini salah satu cara untuk menemukan mereka lebih cepat," ucap Retno.

Di wilayah Puskesmas Gurah sendiri, hingga 2025 tercatat 191 suspek dengan 32 kasus TBC yang sudah ditemukan. Angka tersebut menunjukkan perlunya deteksi dini agar tidak terjadi penularan lebih luas.

Sumber: Surya
Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved